Menggunakan kursi roda, siapa sangka Handry Santriago mampu mencapai posisi puncak dalam sebuah perusahaan besar yang tidak semua orang mudah mendapatkannya.
Suaranya terdengar begitu lantang dan tertata apik sambil sesekali menggunakan bahasa inggris fasih saat berbicara di depan puluhan orang yang mengikuti Studium General bertajuk The Journey of GE Transformsion - A Leading Change Story, di University Club, Universitas Gajah Mada, Kamis (10/11).
Ia pun begitu bersemangat tatkala berbicara tentang bagaimana caranya mengembangkan diri dalam karier dan kehidupan. "Seseorang tak akan pernah menjadi yang terbaik jika melakukan hal yang sama dengan yang orang lain lakukan. You have to find the differences," tandasnya.
Pria kelahiran Pekanbaru 13 Juni 1969 ini, sungguh luar biasa. Bayangkan saja, ia lulus memuaskan dari Institut Pertanian Bogor jurusan bioindustrial di tahun 1994. Padahal saat itu, ia juga memperoleh cobaan lagi yakni dinyatakan mengidap kanker baru yang bersemayam di pinggangnya.
Selanjutnya ia mendapatkan gelar Master dari Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI) Business School serta gelar MBA dari Universitas Monash. Handry juga mendapatkan gelar PhD di bidang manajemen strategis dari Universitas Indonesia dengan disertai kajian followership. Ia merupakan peraih gelar doktor ke - 117 di UI dalam bidang manajemen strategis.
Sementara perjalanan kariernya dimulai ketika bekerja di sebuah perusahaan konstruksi sebagai direktur pengembangan bisnis. Kemudian Handry bergabung dengan GE pada tahun 1997 dan menjabat sebagai manajer Business Development di GE International. Di tahun 1998, ia pindah ke GE Lighting Indonesia dan bertugas sebagai General Manager Industrial Lighting and System.
Di pertengahan tahun 2001, ia mengambil kesempatan untuk menjabat sebagai Regional Black Belt di GE Power System Asia Pasific, serta sebagai Quality ACFC Leader untuk GE Power Systems Asia pada tahun 2004. Sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, ia memimpin bisnis Power Generation untuk GE Energy di Indonesia, Vietnam, Kamboja dan Filipina. Kemudian pada bulan Juli 2011, Handry dipromosikan sebagai CEO GE Indonesia.
Selain itu, ia juga memiliki minat yang tinggi di bidang pendidikan bagi masyarakat Indonesia dan juga untuk kegiatan relawan. Handry tercatat sebagai anggota Dewan Penasehat IPMI Business School dan ketua GE Volunteer-Chapter Indonesia. Handry juga menjabat sebagai Gubernur di America Chamber of Commerce (Amcham) Indonesia dan menjadi anggota Komite Indonesia di US-Asean Business Council.
Pencapaian tersebut, tentu bukan hal yang mudah diperoleh. Namun melalui berbagai macam halangan, rintangan dan tantangan. Ia pun sebenarnya pernah merasa sangat putus asa dan terpukul atas kondisinya itu.
Cerita hidupnya tersebut, berawal ketika sekitar bulan Juni 1987, Handry didiagnosis menderita kanker kelenjar getah bening yang bersemayam di tulang belakangnya. Hingga akhirnya pada September 1987, ia tak bisa lagi menggerakan kakinya dan mulai menggunakan kursi roda.
Awalnya ia merasa sangat terpukul dengan kondisinya itu, terlebih ia memiliki impian untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Namun dukungan dan dorongan kuat keluarga serta teman-temannya kemudian bisa membuatnya kembali tegar dan melakukan banyak hal, bahkan memiliki perjalanan karir dan pendidikan yang cemerlang.
"Saat seseorang tidak melakukan apa-apa, maka ia pun tidak akan mendapatkan apa-apa juga. Sangat diperlukan kemampuan untuk berbeda dengan orang lain, lakukan sesuatu yang berbeda dan bisa menjadikannya jauh lebih baik melebihi orang kebanyakan," tandas suami dari Dinar Sambodja ini.
Sumber : tribunjogja.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar