Rabu, 24 April 2013

Konveksi Muslim di Surabaya


Saya mendapatkan sebuah email yang bertanya mengenai boleh tidaknya seorang muslim ikut MLM (Multilevel Marketing) , saya menjawab daripada ikut MLM yang nota bene menjual produk orang lain yang harganya sudah dipatok dari perusahaan MLM tsb, lebih baik membuka usaha sendiri atau berdagang barang sendiri yang bisa menentukan sendiri tingkat laba yang diinginkan.

Sebagai pelengkap jawaban tsb berikut ini saya akan bercerita kisah nyata tentang seorang pengusaha muslim yang sukses dari Jawa Timur karena meninggalkan bekerja dengan orang lain dan membuka usaha konveksi. Mudah-mudahan bisa memotivasi saya pribadi dan pemuda muslim lainnya.

Pada era tahun 1960-an di sebuah kota kecil di Jawa Timur hiduplah seorang buruh pabrik sabun milik seorang pengusaha nonpribumi kita panggil saja ia dengan nama Pak Lukman (nama samaran red), gajinya sangat dibedakan hampir 3 kali lipat dengan buruh lain karena keahliannya membuat cetakkan sabun sangat bagus.

Walaupun gaji yang sudah lumayan, buruh tsb pada suatu hari berfikir bahwa “kalau saya terus bekerja dengan orang lain saya tidak akan kaya apalagi anak saya berjumlah 11 orang, saya harus keluar dari pabrik sabun ini untuk membuka usaha konveksi”. Maka ia segera mengajukan berhenti kepada bosnya , namun bosnya yang orang non pribumi tsb menghalanginya agar tidak keluar malah gajinya akan dinaikkan lebih tinggi lagi. Karena tekad yang bulat Pak Lukman tetap memilih keluar dari pabrik sabun tsb.

Pada awalnya Pak Lukman membuka usaha konveksi, keuntungannya masih sedikit masih dibawah gajinya di pabrik sabun, sehingga ia selalu dibujuk oleh bosnya di pabrik sabun untuk kembali kerja dengannya. Tetapi Pak Lukman menolaknya dan ia tetap pada pendiriannya untuk terus melanjutkan usaha konveksinya. Dan benar saja pada dekade tahun 1965-1970 an ia telah berhasil menjadi pengusaha konveksi yang sukses di kota Jawa Timur tsb.

Semangat jiwa entrepreneur Pak Lukman ia teruskan kepada 11 anak-anaknya sampai ia meninggal tahun 1980an, ia tidak menginginkan anak-anaknya untuk bekerja kepada orang lain. Saat ini pada tahun 2000 an anak-anaknya (walaupun tidak semua) telah berhasil menjadi pengusaha-pengusaha yang terkenal di kota Jawa Timur tsb, ada yang menjadi pengusaha konveksi dan pengusaha salon kecantikan muslimah.

Salah satu anak tertuanya yang sudah berusia 60 tahun , sekarang ini sering memberikan ide,gagasan dan semangat kepada setiap pemuda muslim yang berdiskusi dengannya termasuk kepada penulis pribadi, untuk selalu mengembangkan semangat berwirausaha dan meninggalkan keinginan bekerja dengan orang lain. Hasilnya sudah ada beberapa pemuda muslim yang sekarang sukses mengikuti sarannya untuk membuka usaha sendiri walaupun untuk itu harus menempuh perjuangan yang tidak mudah.

Ummat muslim yang penduduknya mayoritas di Indonesia haruslah segera meninggalkan pola fikir yang masih bekeinginan setelah sekolah tinggi lalu bekerja dengan orang lain menuju pola fikir untuk membangun semangat jiwa entrepreneur pada diri sendiri dan anak keturunan seperti apa yang dicontohkan oleh keluarga Pak Lukman tsb.

Bukankah Rasululah SAW dan mayoritas para sahabat mencotohkan untuk menjadi entrepreneur. Hanya dengan membangun semangat jiwa entrepreneur , ummat muslim bisa mengejar ketinggalan di bidang ekonomi, apalagi saat ini kita sedang menghadapi realitas ekonomi global yang penuh ketidak pastian dan kondisi ekonomi dalam negeri yang mana mulai banyak terjadinya PHK karyawan di berbagai sector industri komoditas ekspor akibat dari krisis financial global.

Sumber : alihozi77.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label