Jumat, 29 Juni 2012

Budidaya Kambing Pedaging


1.     SEJARAH SINGKAT
   
Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil dometikasi manusia yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia.
2.     SENTRA PETERNAKAN
   
Di Indonesia sentra peternakan domba berada di daerah Aceh dan Sumatra Utara. Di Aceh pada tahun 1993 tercatat sekitar 106 ribu ekor domba, sementara di Sumatera Utara sekitar 95 ribu ekor domba yang diternakan. Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh berdasarkan data Puslit Tanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta hektar mulai dari kemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara luas lahan yang digunakan sekitar 7 juta hektar.
3.     J E N I S
   
Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam famili Bovidae. Kita mengenal beberapa bangsa domba yang tersebar diseluruh dunia, seperti:

1)
   
Domba Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia
2)
   
Domba Priangan berasal dari Indonesia dan banyak terdapat di daerah Jawa Barat.
3)
   
Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagian Timur seperti Madura, Sulawesi dan Lombok.
4)
   
Domba Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara domba kampung, merino dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan.


Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2 bangsa domba yang terkenal, yakni domba ekor gemuk yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dan domba ekor tipis yang banyak terdapat di Jawa Barat
4.     MANFAAT
   
Daging domba merupakan sumber protein dan lemak hewani. Walaupun belum memasyarakat, susu domba merupakan minuman yang bergizi. Manfaat lain dari berternak domba adalah bulunya dapat digunakan sebagai industri tekstil.
5.     PERSYARATAN LOKASI
   
Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya berada di areal yang cukup luas, udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber pakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan ternak.
6.     PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
   
6.1.    
Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.Penyiapan Sarana dan Peralatan

    Perkandangan
    Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesuai dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap rumbia.

    Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:

    a.
       
    Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang 1 x 1 m.
    b.
       
    Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m.
    c.
       
    Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak.


    Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.

    Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu:
    a.
       
    Tipe kandang Panggung

       
    Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar.
    b.
       
    Tipe kandang Lemprak

       
    Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yang diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.

6.2.    
Peyiapan Bibit
Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.

1)     Pemilihan Bibit Calon Induk
   
a.
   
Calon Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut normal, telinga kecil hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan memiliki nafsu kawin besar dan ekor normal
b.
   
Calon Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badan normal dan keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih, tonjolan tulang pada kaki besar dan mempunyai buah zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik dan tingkat pertumbuhan relatif cepat.
2)     Reproduksi dan Perkawinan
   
Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan reproduksi adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu.

a.
   
Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang betina.
b.
   
Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba betina dalam keadaan birahi.
3)     Proses Kelahiran
   
Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar.

Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan perilakunya sebagai berikut:
a. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.
b. Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.
c. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
d. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
e. Sering kencing.

Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas. Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih.

6.3.    
Pemeliharaan
1)     Sanitasi dan Tindakan Preventif
   
Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali.
2)     Pengontrolan Penyakit
   
Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang sehat.
3)     Perawatan Ternak
   
Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang berkualitas dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.

Perawatan ternak dewasa meliputi:

a.
   
Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinar matahari pagi.
b.
   
Mencukur Bulu

   
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan punggung domba
c.
   
Merawat dan Memotong Kuku

   
Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.
4)     Pemberian Pakan

   
Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:

a.
   
Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.
b.
   
Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan siratro.
c.
   
Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun ketela rambat dan daun beringin.
d.
   
Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas.


Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran tersebut adalah:
a.     Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
b.     Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
c.     Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
d.     Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
e.     Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas


Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalah sebagai berikut:
a.     Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari
b.     Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari
c.     Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari
d.     Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari
e.     Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari
f.     Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari
g.     Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gr/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari
h.     Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari
i.     Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari
j.     Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100 gr/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
k.     Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari
l.     Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari
m.     Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60 gr/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari
n.     Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari
o.     Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari
p.     Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50 gr/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari
q.     Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari
r.     Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari
s.     Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40 gr/hari, pertambahan bobot=50 gr/hari
t.     Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gr/hari, pertambahan bobot=100 gr/hari
u.     Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=440 gr/hari, pertambahan bobot=150 gr/hari
5)     Pemberian Vaksinasi dan Obat
    Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).
6)     Pemeliharaan Kandang
    Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah, membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang untuk disinfektan.
7.     HAMA DAN PENYAKIT
   
1)
   
Penyakit Mencret

   
Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3 bulan.
Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut.
2)
   
Penyakit Radang Pusar

   
Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar tercemar oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan Actinomyces necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7 hari.
Gejala : terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh domba akan kesakitan.
Pengobatan: dengan antibiotika, sulfa dan pusar dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan)
3)
   
Penyakit Cacar Mulut

   
Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan.
Gejala : cempe yang terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian.
Pengendalian : dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau pinicillin.
4)
   
Penyakit Titani

   
Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan.
Gejala : domba selalu gelisah, timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos calcicus dan Magnesium.
5)
   
Penyakit Radang Limoah

   
Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya, penularannya cepat dan dapat menular ke manusia
Penyebab: bakteri Bacillus anthracis.
Gejala : suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung dan dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat, tubuh gemetar dan nafsu makan hilang.
Pengendalian : dengan menyuntikan antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berat tubuh domba tertular.
6)
   
Penyakit Mulut dan Kuku

   
Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba, dan yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku.
Penyebab: virus dan menyerang semua usia pada domba
Gejala : mulut melepuh diselaputi lendir.
Pengendalian : membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.
7)
   
Penyakit Ngorok

   
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida.
Gejala : nafsu makan domba berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada. Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar lendir berbuih dan sulit tidur.
Pengendalian : menggunakan antibiotika lewat air minum atau suntikan.
8)
   
Penyakit Perut Kembung

   
Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang masih diselimuti embun.
Gejala :lambung domba membesar dan dapat menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yang teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi
Pengendalian : memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.
9)
   
Penyakit Parasit Cacing

   
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini.
Penyebab:cacing Fasciola gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacing Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacing mata).
Pengendalian : diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan lewat
minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis 220
mg/kg berat tubuh domba.
10)
   
Penyakit Kudis

   
Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua usia. Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi jelek dan mengurangi nilai jual ternak domba.
Penyebab: parasit berupa kutu yang bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis. Gejala : tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang menggaruk tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung, kaki dan pangkal ekor.
Pengendalian : dengan mengoleskan Benzoas bensilikus 10% pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.
11)
   
Penyakit Dermatitis

   
Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit bibit domba.
Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang semua usia domba.
Gejala : terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, kelopak mata, dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang kelenjar susu.
Pengendalian : menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.
12)
   
Penyakit Kelenjar Susu

   
Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui, sehingga air susu yang diisap cempe tercemar.
Penyebab: ambing domba induk yang menyusui tidak secara ruti dibersihkan.
Gejala : ambing domba bengkak, bila diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu makan kurang, produsi air susu induk berkurang.
Pengendalian : pemberian obatobatan antibiotika melalui air minum.


Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan:
a)
   
Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
b)
   
Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
c)
   
Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya.
d)
   
Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
e)
   
Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
f)
   
Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
g)
   
Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
h)
   
Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
8.     P A N E N
   
8.1.    
Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya domba adalah karkas (daging)
8.2.     Hasil Tambahan
Hasil tambahan dari budidaya domba adalah bulunya (wool) yang dapat di jadikan sebagai bahan tekstil.
8.3.    
Pembersihan
Sebelum dipotong ternak dibersihkan dengan cara mencuci kaki domba dan menyemprotkan air diatas kepala ternak agar karkas yang dihasilkan tidak tercemar oleh bakteri dan kotoran.
9.     PASCA PANEN
   
9.1.
   
Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan domba agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:

1)
   
Ternak domba harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2)
   
Ternak domba harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
3)
   
Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
4)
   
Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
9.2.
   
Pengulitan
Pengulitan pada domba yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit domba dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit domba dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
9.3.
   
Pengeluaran Jeroan
Setelah domba dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut domba.
9.4.
   
Pemotongan Karkas
Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.

Budidaya Kambing Perah


Budidaya Ternak Kambing
Ternak kambing produksi optimal.

Bahan
Kambing, pakan, peralatan konstruksi kandang, lahan.

Alat
Tempat pakan/minum.

Pedoman Teknis
Jenis kambing asli di Indonesia adalah kambing kacang dan kambing peranakan etawa (PE)

Memilih bibit
Pemilihan bibit diperlukan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik. Pemilihan calon bibit dianjurkan di daerah setempat, bebas dari penyakit dengan phenotype baik.

Calon induk
Umur berkisar antara > 12 bulan, (2 buah gigi seri tetap), tingkat kesuburan reproduksi sedang, sifat keindukan baik, tubuh tidak cacat, berasal dari keturunan kembar (kembar dua), jumlah puting dua buah dan berat badan > 20 kg.

Calon pejantan
Pejantan mempunyai penampilan bagus dan besar, umur > 1,5 tahun, (gigi seri tetap), keturunan kembar, mempunyai nafsu kawin besar, sehat dan tidak cacat.

Pakan

Ternak kambing menyukai macam-macam daun-daunan sebagai pakan dasar dan pakan tambahan (konsentrat).

Pakan tambahan dapat disusun dari (bungkil kalapa, bungkil kedelai), dedak, tepung ikan ditambah mineral dan vitamin.

Pakan dasar umumnya adalah rumput kayangan, daun lamtoro, gamal, daun nangka, dsb.

Pemberian hijauan sebaiknya mencapai 3 % berat badan (dasar bahan kering) atau 10 – 15 % berat badan (dasar bahan segar)

Pemberian pakan induk
Selain campuran hijauan, pakan tambahan perlu diberikan saat bunting tua dan baru melahirkan, sekitar 1 1/2 % berat badan dengan kandungan protein 16 %.

Kandang
Pada prinsipnya bentuk, bahan dan konstruksi kandang kambing berukuran 1 1/2 m² untuk induk secara individu. Pejantan dipisahkan dengan ukuran kandang 2 m², sedang anak lepas sapih disatukan (umur 3 bulan) dengan ukuran 1 m/ekor. tinggi penyekat 1 1/2 – 2 X tinggi ternak.

Pencegahan penyakit : sebelum ternak dikandangkan, kambing harus dibebaskan dari parasit internal dengan pemberian obat cacing, dan parasit eksternal dengan dimandikan.

Ternak Kambing
Pendahuluan
Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50 – 150 gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit, makanan, dan tata laksana.

Bibit Kambing
Pemilihan bibit kambing harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk produksi susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.

Ciri untuk calon induk kambing :

Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk.

Kambing Jinak dan sorot matanya ramah.

Kaki kambing lurus dan tumit tinggi.

Gigi kambing lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata.

Dari keturunan kambing kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk kambing yang muda.

Ambing kambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah.

Ciri untuk calon kambing pejantan :

Tubuh kambing besar dan panjang dengan bagian belakang kambing lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi.

Kaki kambing lurus dan kuat.

Dari keturunan kambing kembar.

Umur kambing antara 1,5 sampai 3 tahun.

Makanan
Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan kambing yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Pada dasarnya ada dua macam makanan kambing , yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral).
Cara pemberiannya :
Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan kambing, berikan juga air minum 1,5 – 2,5 liter per ekor per hari, dan garam berjodium secukupnya.
Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 – 1 kg/ekor/hari.

Tata Laksana.
Kandang kambing
Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah).
Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah :
Kandang kambing beranak : 120 cm x 120 cm /ekor
Kandang kambing induk : 100 cm x 125 cm /ekor
Kandang kambing anak : 100 cm x 125 cm /ekor
Kandang kambing pejantan : 110 cm x 125 cm /ekor
Kandang kambing dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor

Pengelolaan reproduksi
Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan kambing mencapai 55 – 60 kg.
Lama birahi 24 – 45 jam, siklus birahi kambing berselang selama 17 – 21 hari.
Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila dinaiki.
Ratio kambing jantan dan betina = 1 : 10
Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah :
Masa bunting 144 – 156 hari (…. 5 bulan).
Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan.

Pengendalian Penyakit
Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi.
Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan, kudis (scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan koksidiosis.

Pasca Panen
Hendaknya diusahakan untuk selalu meningkatkan nilai tambah dari produksi ternak, baik daging, susu, kulit, tanduk, maupun kotorannya. Bila kambing hendak dijual pada saat berat badan tidak bertambah lagi (umur sekitar 1 – 1,5 tahun), dan diusahakan agar permintaan akan kambing cukup tinggi.
Harga diperkirakan berdasarkan : berat hidup x (45 sampai 50%) karkas x harga daging eceran.

Budidaya Kambing Potong


Ternak Kambing adalah hewan ruminansia kecil yang hidupnya membutuhkan pakan yang berasal dari hijauan seperti rumput-rumputan, daun-daunan, sisa hasil pertanian.

Kemampuan beradaptasi yang cukup baik membuat ternak tersebut begitu mudah berkembang hampir diseluruh wilayah Propinsi Jawa Timur. Namun demikian keberadaan ternak kambing dalam keluarga petani belumlah memberi penghasilan yang baik bila faktor-faktor panca usaha ternak kambing seperti : pemilihan bibit yang baik, pemberian pakan yang memenuhi gizi dan pencegahan terhadap penyakit belum dilaksanakan secara maksimal.

JENIS KAMBING
Jenis Kambing yang tersebar luas di wilayah Jawa Timur adalah kambing kacang dan kambing peranakan etawah. Kedua jenis kambing tersebut sangat cocok dipelihara di wilayah lahan kering dan sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan.

Beberapa waktu lalu telah diperkenalkan jenis kambing yang baru yaitu kambing Boer yang merupakan jenis pedaging. Jenis ini sudah disiap untuk diperkenalkan di masyarakat Banyuwangi dengan program inseminasi buatan.

PEMILIHAN BIBIT KAMBING
Menentukan calon bibit kambing betina ataupun jantan sebagai calon bibit untuk keperluan budidaya perlu dipenuhi kriteria antara lain : Memiliki kemampuan pertambahan berat badan yang cepat dan konversi pakan makanan yang baik. Memiliki sifat genetic yang baik untuk menghasilkan keturunan kembar dalam satu kali melahirkan. Sedangkan untuk ciri karakteristik dapat dilihat mata yang bersinar cerah, tajam, tidak cacat tubuh, bulu halus dan mengkilat. Ciri khusus betina harus memiliki sifat keibuan, umur kurang dari 3 tahun, putting susu berjumlah dua dan sama besar. Sedangkan untuk pejantan memiliki sifat mengawinkan cukup besar, buah zakar berjumlah dua dan sama besar serta umur kurang dari 3 tahun.

PAKAN
Ternak kambing dalam kehidupannya memerlukan pakan hijau-hijauan seperti rumput, bungkil kedelai, daun-daunan, sisa produksi pertanian, dedak, dan lain-lain. Komposisi masing-masing sangat tergantung pada kebutuhan ternak, yaitu antara kambing menyusui, pemacek, dan dewasa berbeda. Untuk kambing dewasa kebutuhan makanan 10% dari berat badannya, dimana kebutuhannya yaitu ¾ bagian berupa rumput dan hijauan segar, ¼ bagian terdiri dari daun-daunan. Untuk kambing pemacek kebutuhan makanan hamper sama, akan tetapi peru ditambahkan dedak padi halus sebanyak 200-250 gram. Untuk kambing bunting menjelang melahirkan komposisi makanan untuk hijauan lebih banyak yaitu 3/5 bagian dan 2/5 bagian daun-daunan dan hijauan harus seimbang dan perlu ditambahkan dedak halus padi sebanyak 200-250 gram.

PERKAWINAN
Kambing betina dewasa yang sudah siap kawin umumnya berusia antara 6-8 bulan. Tanda birahinya antara lain : Gelisah, ribut dan nafsu makan menurun. Mencoba untuk menaiki ternak lainnya. Menggerak-gerakkan ekornya. Bagian vulva memerah, bila diraba terasa hangat. Keluar sedikit lendir bening kambing betina dewasa dikawinkan paling bagus berumur 10 bulan, dan jantan sebagai pemacek berumur 1 tahun. Waktu yang tepat untuk mengawinkan kambing pada pertengahan birahi yaitu 12-18 jam sejak birahi pertama muncul.

Selain menggunakan pejantan pemacek, dapat juga kambing betina dikawinkan dengan menggunakan metode kawin suntik (Inseminasi Buatan). Tujuannya adalah untuk menghasilkan keturunan yang mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Untuk saat ini kawin suntik (IB) kambing dapat menggunakan jenis kambing peranakan Etawah (PE).

KANDANG
Pembuatan kandang diupayakan harus memiliki sirkulasi udara yang cukup bagus dan dijaga tingkat kebersihannya. Untuk budidaya kambing, kandang yang bagus adalah jenis panggung, karena akan memberikan kenyamanan pada ternak dan terjaga kebersihannya.

PENGOLAHAN USAHA
Pada umumnya pengelolaan usaha ternak kambing dapat dilakukan secara tradisional maupun secara intensif. Untuk menghindari kerugian dalam usaha, langkah pertama harus ditempuh harus membiasakan dengan memperbaiki managemen usaha, yaitu selalu melakukan pencatatan setiap kejadian mengenai ternaknya. Langkah selanjutnya adalah dengan melihat pangsa pasar. Waktu penjualan ternak kambing yang bagus adalah bila ternak telah berusia 12-18 bulan, dan berat badannya tidak bertambah lagi.

PENYAKIT
Salah satu hal yang penting dalam usaha ternak kambing adalah memperhatikan kesehatan ternak. Sanitasi kandang dan lingkungan merupakan cara termudah untuk mencegah terjadinya kejadian penyakit. Adapun kejadian penyakit yang paling sering adalah kembung (tympani), kudis (scabies), diare dan sebagainya. Untuk pertolongan pertama dapat menggunakan obat-obatan tradisional dan untuk selanjutnya dapat menghubungi petugas kesehatan terdekat.

Budidaya Sapi Perah


Sapi merupakan hewan ternak yang paling terpenting sebagAi sumber penghasilan daging, susu dan tenaga. Budidaya sapi perah sekarang ini banyak dilakakan para peternak Indonesia. Ini karena harga nilai sapi yang masih tinggi dan kandungan susu sapi perah banyak dikomsumsi masyarakat.

Pusat budidaya peternakan sapi ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan). Indonesia dalam bidang peternakan sapi perah harus dilestarikan dan dikembangkan.

Berbagai sumber tentang budidaya sapi perah banyak beredar di media internet dan surat kabat. Blogiztic akan mengupas cara budidaya sapi perah yang benar ada sebagi berikut.

Persyaratan lokasi kandang
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.

Kandang budidaya sapi perah
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).

Persyarat yang diperlukan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sapi perah betina dewasa
- produksi susu tinggi
- umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak
- berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai eturunan produksi susu tinggi
- bentuk tubuhnya seperti baji
- matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat
- ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok
- puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek
- tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun beranak.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi sapi perah betina jantan
- umur sekitar 4- 5 tahun
- memiliki kesuburan tinggi
- daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya
- berasal dari induk dan pejantan yang baik
- besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik
- kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat
- muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar
- paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar
- badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar
- sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya

Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.

Perawatan ternak
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar).

Penimbangan sapi pedet
Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.

Pemberian pakan
Pakan yang diberikan berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB.

Sedangkan sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum). Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.

Pemeliharaan kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.

Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

Panen sapi perah
Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh induk betina. Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak.

Budidaya Sapi Potong


I. Pendahuluan.

Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu budidaya penggemukan sapi potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil.

II. Penggemukan
Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan).
Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan sapi potong adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong.
Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

A. Sapi Bali.
Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.

B. Sapi Ongole.
Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.

C. Sapi Brahman.
Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.

D. Sapi Madura.
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.

E. Sapi Limousin.
Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik

2. Pemilihan Bakalan.
Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :

    Berumur di atas 2,5 tahun.
    Jenis kelamin jantan.
    Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
    Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit).
    Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
    Kotoran normal





III. Tatalaksana Pemeliharaan.
3.1. Perkandangan.
Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.

3.2. Pakan.
Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen.

Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.

Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan.

Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA juga mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus, POC NASA, dan HORMONIK. Produk ini, khususnya produk VITERNA Plus menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak.

VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :

    Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K, Ca, Mg, Cl dan lain-lain.
    Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh.
    Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh sapi dari serangan penyakit.
    Asam - asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam asetat dan asam butirat.

Sementara pemberian POC NASA yang mengandung berbagai mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta dilengkapi protein dan lemak nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan bobot harian sapi, meningkatkan ketahanan tubuh ternak, mengurangi kadar kolesterol daging dan mengurangi bau kotoran.

Sedangkan HORMONIK lebih berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh bagi ternak. Di mana formula ini akan sangat membantu meningkatkan pertumbuhan ternak secara keseluruhan.

Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam air minum atau komboran pakan konsentrat. Caranya sebagai berikut :

    Campurkan 1 botol VITERNA Plus (500 cc) dan 1 botol POC NASA (500 cc) ke dalam sebuah wadah khusus. Tambahkan ke dalam larutan campuran tersebut dengan 20 cc HORMONIK. Aduk atau kocok hingga tercampur secara merata.
    Selanjutnya berikan kepada ternak sapi dengan dosis 10 cc per ekor. Interval 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.

3.3. Pengendalian Penyakit.
Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah :

a. Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.

b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.

c. Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax.
Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.

IV. Produksi Daging.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah
1. Pakan.
Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.

2. Faktor Genetik.
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.

3. Jenis Kelamin.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.

4. Manajemen.
Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.

Budidaya Lobster Laut


Lobster air laut hampir sama bentuknya dengan lobster air tawar, namun ukurannya lebih besar. Jika lobster air laut ini dikembangkan sesuai teknik budidaya yang tepat, akan menjadi usaha yang cukup prospektif. Apalagi permintaan pasar  semakin luas, baik di dalam negeri utamanya untuk kebutuhan restoran, catering, dan industri, maupun ekspor ke berbagai negara,  misalnya Jepang, Singapura, Hongkong, dan Cina. Harganya  mulai  Rp200 ribu hingga Rp300 ribu per kg, dibandingkan lobster air tawar Rp150 ribu per kg.  Budidaya lobster air laut kini mulai trend di sejumlah kota,di antaranya Jakarta, Yokyakarta, dan Bali.
Pelaku budidaya lobster air laut di Yokyakarta, mengaku, awalnya dia dan teman-temannya mengusahakan lobster air tawar, namun sejak dua tahun silam mereka tertarik untuk  membudidayakan lobster air laut.  Alasannya selain memiliki harga jual yang tinggi, juga  juga memiliki kelebihan berat badan.  Misalnya,  satu ekor lobster air asin sama beratnya dengan dua hingga tiga ekor lobster air tawar.
   "Saya dan teman mengusahakan lobster air laut pada luasan areal 50 meter per segi.Kami membagi menjadi  7 kolam. Dalam sekali panen kami memperoleh omset Rp32 juta, setelah dikurangi harga beli bibit dan modal kerja. Jika waktu panen lobster-lobster yang sudah dipesan  dikirim melalui pesawat ke Bali, Jakarta, dan Semarang.

Biaya pengiriman itu ditanggung pelanggan. Yang menarik dari budidaya lobster air laut ini karena  sebelum masa panen tiba, sudah ada pelanggan yang memesan untuk membelinya. Bahkan, biasanya produksinya tidak mencukupi permintaan,” ujar nya.
Menyangkut persoalan budadaya, mahasiswa Akademi Manajemen dan Ilmu Komputer (AMIKOM) Yokyakarta ini mengemukakan,mereka membeli bibit lobster  air laut dari nelayan-nelayan di daerah Cilacap, Jawa Tengah. Harga bibit lobster air laut jenis  pasir, mutiara , bambu atau batik, maupun batu dan pakistan  dengan berat badan 0.5 ons  sebesar Rp30 ribu per kg.
Sedangkan ukuran 1 hingga 2 ons harganya Rp405 ribu per kg.
Karena perjalanan dari Cilacap ke  Yokyakarya jauh, maka sebelum disebar ke kolam pembesaran,   bibit lobster itu terlebih dahulu di masukan ke kolam khusus karantina selama satu minggu untuk penyesuaian.Sebab, jika langsung di masukan ke kolam pembesaran ditakutkan terjadi kematian yang bisa mencapai 50 %. Tetapi,jika di  karantina, tingkat kematiannya hanya mencapai  sekitar 5%.

Untuk keberhasilan dan kelangsunan hidup  lobster air laut perlu diperhatikan kolam budidaya. Misalnya, ketinggian air kolam sekitar 40 cm – 2 m.Kadar garam dalam air antara 1.028 – 1.032, kadar garam itu dicek menggunakan digital salt meter. Setelah itu disebarkan pecahan kerikil atau kerang didasar kolam agar lobster nyaman seperti dihabitat aslinya suka sembunyi di karang. Kolam budidaya juga perlu dijaga kecukupan oksigen dalam air dengan aerator. Bila perlu siapkan cadangan generator bila listrik PLN padam.  Makanan yang perlu diberikan  berupa  ikan kecil dari laut yaitu ikan akhiran dari pelelangan, kerang, kece. Pemberian makan 2 kali sehari, dengan ukuran yang pas, jangan sampai kelebihan dan kekurangan guna menjaga kondisi air selalu segar.
     Budidaya lobster air laut lainnya, Handoko Yudha mengemukakan,dirinya hanya membudidayakan pembesaran bibit lobster bobot 1 hingga 2 ons.   Karena harganya melambung tinggi dibandingkan bibit dengan berat 0,5 ons.
Dia biasanya menampung bibit lobster kecil yang dibelinya  dari nelayan di daerah  Pangandaran , Gombong, atau Pelabuhan Ratu . Kemudian di besarkan di kolam miliknya di Kebayoran Lama , Jakarta Selatan.
Handaoko memiliki 10 kolam dilengkapi installasi arus air laut dan onsigen agar mirip dengan habitat aslinya di laut. Untuk mengisi kolam dia membeli air laut Rp400 ribu per  5 m per segi . Untuk makanan diberikan cacahan ruca – ruca, yaitu ikan yang tak terjual di tempat pelelangan. Harganya Rp2000 per kg. Pemberian makan 3 kali sehari : pagi , siang dan sore . Pemberian makan perlu di kontrol jangan sampai pakan banyak tersisa di kolam karena akan menjadi racun .
 Menurutnya,  jika bibit lobster air laut itu akan  di ekspor, maka harus diperhatikan jangan sampai kaki lobster putus 3 berderet. SEdangkan soal harga, Handoko mengatakan sangat fluktuatif. Setiap 2 hingga 3 hari pasti berubah dengan turun atau naik naik sekitar 10% hingga 20 %. Makanya biasanya menunggu hingga harga maksimal. Harga biasanya naik menjelang tahun baru, lebaran, natal, atau imlek.

Budidaya Rumput Laut


A. Latar Belakang
Rumput laut (sea weeds) yang dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal sebagai Algae sangat populer dalam dunia perdagangan akhir - akhir ini.
Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira - kira tahun 2700 SM. Pada saat itu rumput laut banyak digunakan untuk sayuran dan obat - obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun dengan perkembangan waktu, pengetahuan tentang rumput lautpun semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas.
Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak diketahui. Hanya pada waktu bangsa Portugis datang ke Indonesia sekitar tahun 1292, rumput laut telah dimanfaatkan sebagai sayuran. Baru pada masa sebelum perang dunia ke - 2, tercatat bahwa Indonesia telah mengekspor rumput laut ke Amerika Serikat, Denmark, dan Perancis.

Sekarang ini rumput laut di Indonesia banyak dikembangkan di pesisir pantai Bali dan Nusa Tenggara. Mengingat panjangnya garis pantai Indonesia (81.000 km), maka peluang budidaya rumput laut sangat menjanjikan. Jika menilik permintaan pasar dunia ke Indonesia yang setiap tahunnya mencapai rata - rata 21,8 % dari kebutuhan dunia, sekarang ini pemenuhan untuk memasok permintaan tersebut masih sangat kurang, yaitu hanya berkisar 13,1%. Rendahnya pasokan dari Indonesia disebabkan karena kegiatan budidaya yang kurang baik dan kurangnya informasi tentang potensi rumput laut kepada para petani.

B. Kandungan
Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar - agar, keraginan, porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Tetapi ada juga yang memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak mengandung pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu ganggang coklat juga mengandung cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain bahan - bahan tadi, ganggang merah dan coklat banyak mengandung jodium.

C. Manfaat
1. Agar - agar
Masyarakat pada umumnya mengenal agar - agar dalam bentuk tepung yang biasa digunakan untuk pembuatan puding. Akan tetapi orang tidak tahu secara pasti apa agar - agar itu. Agar - agar merupakan asam sulfanik yang meruapakan ester dari galakto linier dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang jenis Agarophytae. Agar - agar ini sifatnya larut dalam air panas dan tidak larut dalam air dingin.

Sekarang ini penggunaan agar - agar semakin berkembang, yang dulunya hanya untuk makanan saja sekarang ini telah digunakan dalam industri tekstil, kosmetik, dan lain - lain. Fungsi utamanya adalah sebagai bahan pemantap, dan pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Dalam industri, agar - agar banyak digunakan dalam industri makanan seperti untuk pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir, anggur, kopi, dan cokelat. Dalam industri farmasi bermanfaat sebagai obat pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul, dan bahan campuran pencetak contoh gigi. Dalam industri tekstil dapat digunakan untuk melindungi kemilau sutera. Dalam industri kosmetik, agar - agar bermanfaat dalam pembuatan salep, krem, lotion, lipstik, dan sabun. Selain itu masih banyak manfaat lain dari agar - agar, seperti untuk pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas, dan pengalengan ikan dan daging.

2. Keraginan
Keraginan merupakan senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1 - 4 glikosilik. Ciri kas dari keraginan adalah setiap unit galaktosanya mengikat gugusan sulfat, jumlah sulfatnya lebih kurang 35,1%.
Kegunaan keraginan hampir sama dengan agar - agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi. Keraginan banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan kue, roti, makroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim, dan gel pelapis produk daging. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk pasta gigi dan obat - obatan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam industri tekstil, kosmetik dan cat.

3. Algin (Alginat)
Algin ini didapatkan dari rumput laut jenis algae coklat. Algin ini merupakan polimer dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier panjang. Bentuk algin di pasaran banyak dijumpai dalam bentuk tepung natrium, kalium atau amonium alginat yang larut dalam air.
Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi, dan pembentuk lapisan tipis yang tahan terhadap minyak. Algin dalam industri banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup, dan puding. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk tablet, salep, kapsul, plester, dan filter. Industri kosmetik untuk cream, lotion, sampo, cat rambut,. Dan dalam industri lain seperti tekstil, kertas, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kayu.

D. Fungsi TON dalam Ekologi Rumput Laut
Rumput laut pertama kali ditemukan hidup secara alami bukan hasil budidaya. Mereka tersebar di perairan sesuai dengan lingkungan yang dibutuhkannya. Rumput laut memerlukan tempat menempel untuk menunjang kehidupannya. Di alam tempat menempel ini bisa berupa karang mati, cangkang moluska, dan bisa juga berupa pasir dan lumpur.

Selain itu rumput laut sangat membutuhkan sinar matahari untuk melangsungkan proses fotosintesa. Banyaknya sinar matahari ini sangat dipengaruhi oleh kecerahan air laut. Supaya kebutuhan sinar matahari tersedia dalam jumlah yang optimal maka harus diatur kedalaman dalam membudidayakannya. Kedalaman idealnya adalah berada 30 - 50 cm dari permukaan air.

Proses fotosintesa rumput laut tidak hanya dipengaruhi oleh sinar matahari saja, tetapi juga membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang cukup baik makro maupun mikro. Unsur hara ini banyak didapatkan dari lingkungan air yang diserap langsung oleh seluruh bagian tanaman. Untuk mensuplai unsur hara ini biasanya dilakukan pemupukan selama budidaya. Untuk membantu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang optimal dan supaya cepat diserap oleh rumput laut ini, maka harus disediakan unsur hara yang sudah dalam keadaan siap pakai (ionik). Unsur hara ini banyak dikandung dalam TON (Tambak Organik Nusantara).

TON (Tambak Organik Nusantara), mengandung segala bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan rumput laut. Baik menyediakan unsur hara mikro lengkap, juga menyediakan unsur makro. Selain itu TON juga akan meningkatkan kualitas rumput laut, karena akan menurunkan tingkat pencemaran logam berat yang juga akan terserap oleh rumput laut. Jika logam berat ini tidak ada yang mengikat, maka akan ikut terserap dalam proses absorbsi unsur hara dari rumput laut, sehingga sangat berbahaya bagi konsumen. Dengan adanya TON, logam berat ini akan terikat dalam bentuk senyawa dan akan mengendap atau sulit terserap oleh proses absorbsi.

Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh jumlah oksigen terlarut (DO), salinitas (kadar garam) dan temperatur. Kandungan Oksigen selain dipengaruhi oleh gerakan air juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara. Sehingga TON juga sangat penting untuk menunjang ketersediaan oksigen di perairan. Temperatur ideal bagi pertumbuhan rumput laut adalah berkisar 200 - 280 C

Dengan tersedianya unsur hara dalam jumlah yang optimal dan kondisi lingkungan yang seimbang karena pengaruh TON, maka kualitas dan kuantitas bahan - bahan yang dikandung oleh rumput laut juga akan meningkat.

Selain itu, pemakaian TON untuk budidaya rumput laut juga akan membantu mengikat senyawa - senyawa dan unsur - unsur berbahaya dalam perairan. Senyawa - senyawa dan unsur-unsur ini jika teradsorbsi dalam sistem metabolisme rumput laut, akan mengganggu pertumbuhan rumput laut dan juga akan menurunkan kualitas hasilnya. Selain itu jika rumput laut ini akan digunakan untuk bahan makanan, akan sangat berbahaya bagi yang menkonsumsinya. Kandungan senyawa karbon aktif dari TON akan sangat membantu untuk mereduksi senyawa-senyawa dan unsur - unsur berbahaya tersebut.

E. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pemakaian TON (Tambak Organik Nusantara)
Dalam menjalankan budidaya rumput laut, pertama yang harus diperhatikan adalah pemilihan lokasi budidaya. Sebaiknya lokasi budidaya diusahakan di perairan yang tidak mengalami fluktuasi salinitas (kadar garam) yang besar dan bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga. Selain itu pemilihan lokasi juga harus mempertimbangkan aspek ekonomis dan tenaga kerja.

Budidaya rumput laut dapat dilakukan di areal pantai lepas maupun di tambak. Dalam pembahasan sekarang ini kita akan menekankan pada budidaya di tambak. Hal ini mengingat peran TON yang tidak efektif jika diperairan lepas (pantai). Untuk budidaya perairan lepas dibedakan dalam beberapa metode, yaitu :
1. Metode Lepas Dasar
Dimana cara ini dikerjakan dengan mengikatkan bibit rumput laut pada tali - tali yang dipatok secara berjajar - jajar di daerah perairan laut dengan kedalaman antara 30 - 60 cm. Rumput laut ditanam di dasar perairan.

2. Metode Rakit
Cara ini dikerjakan di perairan yang kedalamannya lebih dari 60 cm. Dikerjakan dengan mengikat bibit rumput di tali - tali yang diikatkan di patok - patok dalam posisi seperti melayang di tengah - tengah kedalaman perairan.

3. Metode Tali Gantung
Jika dua metode di atas posisi bibit - bibit rumput laut dalam posisi horizontal (mendatar), maka metode tali gantung ini dilakukan dengan mengikatkan bibit - bibit rumput laut dalam posisi vertikal (tegak lurus) pada tali - tali yang disusun berjajar.

Pemakaian TON dengan 3 cara di atas hanya dapat dilakukan dengan sistem perendaman bibit. Karena jika TON diaplikasikan di perairan akan tidak efektif dan akan banyak yang hilang oleh arus laut. Metode perendaman bibit dilakukan dengan cara :
1. Larutkan TON dalam air laut yang ditempatkan dalam wadah .
2. Untuk 1 liter air laut diberikan seperempat sendok makan (5 - 10 gr) TON dan tambahkan 1 - 2 cc Hormonik.
3. Rendam selama 4 - 5 jam, dan bibit siap ditanam.

Pemakaian TON akan sangat efektif jika diaplikasikan dalam budidaya rumput laut di tambak. Cara budidaya di tambak ini dapat dilakukan dengan metode tebar. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Tambak harus dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran.
2. Tambak dikeringkan dahulu.
3. Taburkan kapur agar pH-nya netral ( 0,5 - 2 ton per-hektar tergantung kondisi keasaman lahan).
4. Diamkan selama 1 minggu.
5. Aplikasikan TON, dengan dosis 1 - 5 botol per-hektar (untuk daerah - daerah yang tingkat pencemarannya tinggi, dosisnya ditinggikan), dengan cara dilarutkan dengan air dahulu, kemudian disebar secara merata di dasar tambak.
6. Diamkan 1 hari
7. Masukkan air sampai ketinggian 70 cm.
8. Tebarkan bibit rumput laut yang sudah direndam dengan TON dan hormonik seperti cara perendaman di atas. Dengan kepadatan 80 - 100 gram/m2.
9. Bila dasar tambak cukup keras, bibit dapat ditancapkan seperti penanaman padi.
10. Tidak perlu ditambah pupuk makro.

F. Pemeliharaan dan aplikasi TON (Tambak Organik Nusantara) susulan.
Selama budidaya, harus dilakukan pengawasan secara kontinyu. Khusus untuk budidaya di tambak harus dilakukaan minimal 1 - 2 minggu setelah penebaran bibit, hal ini untuk mengontrol posisi rumput laut yang ditebar. Biasanya karena pengaruh angin, bibit akan mengumpul di areal tertentu, jika demikian harus dipisahkan dan ditebar merata lagi di areal tambak.

Kotoran dalam bentuk debu air (lumpur terlarut/ suspended solid) sering melekat pada tanaman, apalagi pada perairan yang tenang seperti tambak. Pada saat itu, maka tanaman harus digoyang - goyangkan di dalam air agar tanaman selalu bersih dari kotoran yang melekat. Kotoran ini akan mengganggu metabolisme rumput laut. Beberapa tumbuhan laut seperti Ulva, Hypea, Chaetomorpha, dan Enteromorpha sering membelit tanaman. Tumbuhan - tumbuhan tersebut harus segera disingkirkan dan dipisahkan dari rumput laut agar tidak menurunkan kualitas hasil. Caranya dengan mengumpulkannya di darat. Bulu babi, ikan dan penyu merupakan hewan herbivora yang harus dicegah agar tidak memangsa rumput laut. Untuk menghindari itu biasanya dipasang jaring disekeliling daerah budidaya. Untuk budidaya di tambak di lakukan dengan memasang jaring di saluran pemasukan dan pengeluaran.

G. Pemanenan
Pada tahap pemanenan ini harus diperhatikan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil yang sesuai dengan permintaan pasar secara kualitas dan kuantitas.

Tanaman dapat dipanen setelah umur 6 - 8 minggu setelah tanam. Cara memanen adalah dengan mengangkat seluruh tanaman rumput laut ke darat. Rumput laut yang dibudidayakan di tambak dipanen dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut. Atau bisa juga dilakukan dengan cara petik dengan memisahkan cabang - cabang dari tanaman induknya, tetapi cara ini akan berakibat didapatkannya sedikit keraginan dan pertumbuhan tanaman induk untuk budidaya selanjutnya akan menurun.

Jika rumput laut dipanen pada usia sekitar satu bulan, biasanya akan diperoleh perbandingan berat basah dan berat kering 8 : 1, dan jika dipanen pada usia dua bulan biasanya akan didapat perbandingan 6 : 1. Untuk jenis gracilaria biasanya diperoleh hasil panen sekitar 1500 - 2000 kg rumput laut kering per- hektarnya. Diharapkan dengan penggunaan TON (Tambak Organik Nusantara) akan meningkat sekitar 30 - 100 %.

Budidaya Teripang


Teripang atau ketimun laut yang digolongkan ke dalam kelas Holothuridea merupakan satu di antara hewan laut yang dimakan dan mempunyai prospek cerah sebagai bahan ekspor yang permintaannya semakin besar, terutama dalam bentuk kering dan asapan.

Selama ini produksi teripang umumnya diperoleh dari penangkapan di alam yang sumber dayanya semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi volume permintaan pasar dapat ditempuh melalui budi daya. Budi daya teripang khususnya teripang pasir (Holothuria Scabra) memungkinkan dilakukan oleh masyarakat pantai karena teknik budidayanya cukup sederhana dan inventasi yang diperlukan relatif kecil.

Sifat biologis teripang pasir yang khas adalah hidup pada habibat pasir atau lumpur yang ditumbuhi tanaman lamun pada kedalaman relatif dangkal, dan mengambil makanan yang ada disekitarnya (Filter feeder). Salah satu sifat biologi teripang pasir yang penting diketahui dalam rangka usaha budidaya adalah: tubuhnya elastis sehingga mudah meluruskan diri melalui celah-celah yang sangat sempit. Berdasarkan sifat biologi teripang, wadah budi daya yang cocok adalah kurung tancap (hampang) memagar keliling habitat asli teripang dengan waring nilon setinggi 2 m

Usaha budi daya teripang di dalam kurung tancap selain menjaga kelestarian sumberdayanya, juga merupakan lapangan kerja baru bagi masyarakat pantai yang dapat memberi nialai tambah dalam peningakatan kesejahteraan.

LOKASI

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam budi daya teripang adalah:

•  Dasar perairan terdiri dari pasir, pasir berlumpur, berkarang, dan ditunbuhi tanaman lamun (rumput lindung)

•  Terlindung dari angin kencang dan arus/gelombang yang kuat

•  Tidak tercemar dan bukan daerah konflik serta mudah dijangkau

•   Kedalaman perairanlokasi antara 50-150 cm pada saat surut terendah dan sirkulasi air terjadi secara sempurna

•   Mutu air: salinitas 24-33 ppt, kecerahan 50-150 cm, suhu 25-30°C

KONTRUKSI KURUNG TANCAP

Bahan

•  Balok berukuran (5x7x200) cm

•  Waring nilon ukuran mata 0,2 cm

•  Tali ris dari nilon

•  Tali pengikat atau paku anti karat

• Papan yang tahan air

CARA PEMASANGAN

Tiang dipancang pada dasar perairan sedalam 0,5 m

•  Bagian tiang yang berada di atas permukaan sebagai tempat melekatkan waring

•  Waring yang telah dilengkapi dengan tali ris disambung dengan papan

•  Papan yang telah disambung dengan waring dibalut lalu ditanam ke dalam lumpur (30 cm)

•  Bila tidak ada papan bagian ujung waring ditanam ke dalam lumpur sedalam 30 cm kemudian bagian ujungnya dibelokkan ke dalam sepanjang 15 cm

•  Ukuran kurung tancap disesuaikan dengan kebutuhan

PEMILIHAN BENIH

•  Pilih benih yang seragam baik jenis maupun ukuran

•  Benih yang baik adalah tubuhnya berisi dan tidak cacat

•  Hindari benih yang diangkut dalam waktu lama (lebih 1 jam) dan dalam keadaan bertumpuk (padat)

•  Hindari benih yang telah mengeluarkan cairan berwarna kuning

•  Pengangkutan benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau malam hari atau pada saat suhu rendah dan menggunakan wadah yang berisi substrat pasir khususnya pada sistem pengangktan terbuka

TEKNIK BUDIDAYA

•  Benih teripang dengan berat awal 40-60 g ditebar ke dalam kurung tancap dengan kepadatan 5-6 ekor/m2.

•  Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada suhu rendah.

•  Sebelum benih ditebar ke dalalm kurung tancap, adaptasikan terlebih dahulu agar dapat diketahui vitalitas maupun jumlah benih.

•  Selama pemeliharaan diberikan kotoran ayam atau kotoran ayam yang dicampur dedak halus sebanyak 0,1 kg/m2 setiap minggu sekali. Kotoran ayam atau dedak halus sebelum ditebar dicampur dengan air bersih dan diaduk merata agar tidak hanyut atau terapung dan lakukan pada air sururt.

•  Pada sistem ini teripang yang dipelihara tidak tergantung dari pakan buatan karena teripang tersebut berada pada habitat aslinya. Pemberian kotoran ayam berfungsi sebagai pupuk untuk merangsang pertumbuan diatom yang merupakan makanan utama bagi teripang.

•  Masa pemeliharaan selama 4-5 bulan.

 CARA PANEN

Setelah dipelihara selama 40-5 bulan, teripang telah mencapai ukuran konsumsi (300-500 g), teripang siap dipanen. Panen dilakukan pada ssat air surut terendah, dan dilakukan beberapa kali karena banyak yang membenamkan diri dalam pasir atau lumpur. Untuk mengetahui apakah teripang sudah terpanen semuanya, dilakukan pengecekan pada air pasang, karena teripang senang keluar dari persembunyiannya setelah air pasang.

PENGOLAHAN

Cara pengolahan teripang tidak sama dengan komoditas perikanan lainnya, karena teripang tidak dikomsumsi dalam bentuk segar atau dalam bentuk kering atau apapun.

Mula-mula teripang segar dibersihkan isi perutnya dengan cara menusuk-nusukan lidi pada bagian anusnya, kemudian bagian perutnya dibelah sepanjang ± 5-10 cm untuk mengeluarkan isi perut yang masihn tersisa (sesuaikan dengan ukuran) kemudian dibilas dengan air bersih. Setelah itu teripang direbus selama 30 menit sampai matang. Untuk membersihkan kulit dapat direndam  dengan NaOH, KOH,  CaCO3, atau dengan bahan alami seperti parutan pepaya muda selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan pengeringan atau pengasapan untuk mengurangi kandungan airnya.

Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari atau oven dengan menggunakan bahan bakar berupa kayu keras, serbuk gergaji terutama dari kayu ulin dan sabut kelapa. Namun yang terbaik adalah dengan menggunakan serbuk gergaji kayu ulin karena mempunyai warna dan aroma yang  baik, sehinggamutu dan harganya lebih tinggi. Hasil pengeringan dengan sinar matahari mempunyai mutu yang lebih rendah, karena biasanya berbau amis. Mutu teripang yang baik adalah mempunyai berat 40% dari berat segar.

Harga teripang olahan di pasaran sangat dipengaruhi ukuran dan mutu pengeringannya. Teripang dalam bentuk asapan dengan aroma yang baik harganya lebih mahal dibandingkan dengan teripan kering.

Budidaya Ikan Kuwe


Ikan Kuwe

Kuwe merupakan salah satu jenis ikan permukam (pelagis). Ikan yang sangat digemari oleh masyarakat ini hidup pada perairan pantai dangkal, karang, dan batu karang. Di beberapa restoran sea food harga ikan kuwe berukuran 300-400 g berkisar Rp 15.o00 - Rp 20.000/ekor (2005). Adapun harga Gnathanodon speciosus saat berukuran kecil (3-5 cm) pada tahun 2007 adalah Rp 3.000 - Rp 5.000 per ekor. Ikan tersebut juga merupakan ikan hias yang diberi nama pidana kuning.


A. Sistematika
Famili : Carangidae
Spesies : Gnathanodon speciosus, Caranx melampygus, Carangoides uii, C. chrysophrys, C. talamparoides
Nama dagang : trevally
Nama lokal : bubara, kuwe macan (G. speciosus)


B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik
Tubuh kuwe berbentuk oval dan pipih. Warna tubulmya bervariasi, yaitu biru bagian atas dan perak hingga keputih-putihan di bagian bawah. Tubuh ditutupi sisik halus berbentuk cycloid.

2. Pertumbuhan dan perkembangan
Kuwe dapat berenang cepat dan memiliki laju pertumbuban yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan laut lainnya. Ikan ini bersifat karnivora. Adapun pakan utamanya, yaitu ikan dan crustasea berukuran kecil. Ikan ini juga efisien memanfaatkan pakan serta mampu hidup dalam kondisi yang cukup padat.


C. Pemilihan Lokasi Budidaya
Lokasi yang tepat untuk budi daya ikan kuwe adalah teluk yang terlindung dari ombak dan badai dan memiliki pola pergantian massa air yang baik.


D. Wadah Budi Daya
Ikan kuwe mempunyai prospek yang cukup baik untuk
dibudidayakan dalam karamba jaring apung. Salah satu keunggulan budi daya ikan dalam KJA adalah waktu panen dapat diatur menyesuaikan harga ikan di pasar sehingga akan diperoleh harga jual yang lebih tinggi.


E. Pengelolaan Budi Daya

1. Pengadaan benih
Pembenihan secara massal di hatchery telah berhasil dilakukan di Gondol, Bali. Namun, hingga kini sumber benih ikan kuwe di daerah terpencil masih dari alam. Benih dengan ukuran sekitar 20-25 g banyak tersebar pada perairan dangkal di sekitar daerah padang lamun. Benih tersebut dapat ditangkap dengan penggunaan alat tangkap, seperti redi (pukat pantai), sero, bandrong jaring angkat), dan bagan.


2. Penebaran benih
Penebaran ikan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Benih dimasukkan ke dalam karamba secara perlahan-lahan. Sebelum penebaran, kondisi kualitas air harus diperhatikan. Apabila kualitas air pengangkutan berbeda dengan kualitas air lokasi budi daya, perlu dilakukan adaptasi secara perlahan-lahan, terutama terhadap salinitas dan suhu.

Benih berukuran 20-25 g dapat ditebar dengan kepadatan sekitar 15o ekor/m3 untuk pemeliharaan selama 3 bulan. Apabila ikan telah mencapai bobot >250 g/ekor, padat penebaran harus dikurangi sampai 100 ekor/m3.


3. pemberian pakan

Ikan kuwe bersifat karnivora. Ikan ini di alam memakan ikan dan krustasea kecil. Oleh karena itu, hingga saat ini pakan yang terbaik untuk budi daya ikan kuwe masih berupa ikan rucah yang dipotong-potong sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya.

pakan diberikan sekitar 8-6% bobot badan per hari pada pagi dan sore hari. Perubahan jumlah pemberian pakan dilakukan setiap bulan setelah dilakukan pengukuran pertumbuhan. Adapun penggunaan pelet komersial juga bisa dilakukan. Pelet yang diberikan berupa pelet tenggelam dengan frekuensi pemberian pelet dua kali sehari dengan jumlah pemberian hingga kenyang.


F. Pengenddian Hama dan Penyaldt
Selama pemeliharaan ikan sering ditemukan parasit eksternal yang umum pada ikan budi daya laut, yaitu kutu kulit. Ada dua jenis kutu kulit yang ditemukan, yaitu Neobenedenia dan Benedenia. Jenis yang disebut pertama bersifat lebih patogen dibandingkan jenis kedua.

Neobenedenia tidak hanya menyerang permukaan tubuh, tetapi juga mata yang dapat menyebabkan kebutaan dengan infeksi sekunder oleh bakteri.

Upaya pencegahan dan pengobatan penyakit tersebut adalah sebagai berikut.
- pemberian pakan harus cukup memadai dan tidak berlebihan.
- Kepadatan tebar tidak terlalu tinggi.
- Perendaman dengan air tawar selama 5—10 menit, tiga hari berturut-turut.
- Perendaman dengan hydrogen peroxida 150 ppm selama 30 menit dilakukan sebanyak 2-3 kali dengan interval waktu 7 hari.


G. Panen
Setelah pemeliharaan selama 5-6 bulan, ikan kuwe dapat dipanen dengan ukuran konsumsi (300-400 g). Dengan kelangsungan hidup 70-95%, dapat dihasilkan ikan rata-rata 28 kg/m3. Pemanenan ikan dalam KJA sangat mudah dilakukan. Sistem pemanenan dapat dilakukan secara total atau selektif tergantung kebutuhan.

Budidaya Ikan Kakap


Usaha budi daya ikan kakap merah saat ini memang menguntungkan karena sifat pertumbuhannya yang relatif cepat, toleran terhadap kekeruhan, ruang terbatas dan salinitas, serta tanggap terhadap pakan buatan. Selain itu, budi daya ikan ini relatif mudah, tahan terhadap penyakit, dapat dipelihara dalam kepadatan yang tinggi, dan sifat kanibalismenya rendah. sampai saat ini, baru Lutjanus johni, Lutjanus argentimaculatus, dan Lutjanus sebae yang telah dibudidayakan.

Ciri-ciri dan Aspek Biologi

1. Ciri fisik

Tubuh ditutupi sisik ctenoid berukuran sedang dan kecil. Bagian depan dari kepala hidung dan daerah mata tanpa sisik. Beberapa baris sisik terdapat pada tutup insang. Linea lateralis komplit dengan bentuk lurus atau kurva/melengkung. Gigi pada rahang biasanya beberapa baris. Terdapat gigi pada mulut bagian atas. Sirip ventral dengan satu duri keras dan 5 jari-jari lunak. selain itu erdapat sirip punggung dan sirip dubur

Tubuh ikan berwarna merah/cokelat. Bagian bawah tubuhnya berwarna merah muda untuk jenis P. argentimaculatus. Adapun L. sebae dewasa berwarna merah gelap dan juwana berwarna merah (pink) dengan loreng (band berwarna merah gelap. Bagian sirip punggung, sirip, dubur, dan bagian atas sirip ekor berwarna gelap. Jenis L. johni, warna badan hijau keperakan atau warna perunggu. Terdapat satu totol hitam besar di bawah sirip punggung, posisinya di antara batas dari keras dan jari-jari lunak.

2. Pertumbuhan dan perkembangan

Laju pertumbuhan ikan kakap merah yang dipelihara dalam karamba jaring apung mencapai 0,56% per hari. Data tersebut menunjukkan baliwa ikan kakap merah tergolong ikan yang cepat pertumbuhannya. kakap merah termasuk jenis ikan hermaphrodit protandi, yaitu berstatus jantan pada awal kehidupannya, lalu berubah menjadi betina. Ikan kakap, merah yang berukuran antara 45,0 – 55,0 cm didominasi oleh ikan jantan, sedangkan yang berukuran 56,0-62,5 cm didominasi ikan betina.

Perubahan dari jantan ke betina terjadi setelah ikan berumur 6-8 tahun. Pada saat itu, induk jantan telah berukuran bobot 3,5 kg dengan panjang total 53-6o CM.

Ikan betinanya akan siap memijah setelah berukuran sekitar 6 kg. Bobot induk betina L. argentimaculatus yang telah matang gonad antara 2,9-5,5 kg, sedangkan jantan antara 3,6-4,6 kg. L. sebae memijah sepanjang tahun, sedangkan L. argentimaculatus memijah selama 6 bulan, yaitu dari bulan Desember—Juni.

Pemijahan dapat dilaksanakan di dalam tangki maupun kolam. Seekor ikan betina yang bobotnya antara 3-4,5 kg dapat menghasilkan telur sebanyak 1,2 juta butir. Khusus L. sebae, pemijahannya tidak tergantung pada sildus peredaran bulan. Ikan jenis ini memijah pada bulan gelap maupun bulan purnama. Namun, keragaan pemijahan yang lebih baik terjadi pada bulan gelap dibanding bulan terang. Pemijahan berlangsung dalam tangki pada kedalaman air 70-16o m.

Pemilihan lokasi budidaya

Ikan kakap merah tergolong ikan eurihalin. Kakap merah yang masih muda dan dewasa hidup di daerah mangrove dan muara sungai yang kadar garamnya mendekati air tawar. Sifat ini menciptakan peluang untuk membudidayakannya, baik di tambak maupun dalam kolam.

Lokasi penempatan kolam atau karamba tancap harus terlindung dari pengaruh gelombang besar dan angin kencang, seperti perairan teluk yang terlindung, selat kecil, muara sungai ataupun sungai yang airnya bersifat payau. Kakap merah bisa hidup di perairan laut maupun perairan payau dengan kadar garam berkisar 10-35 ppt, dan suhu air 26-310 C.

Wadah Budi Daya

Ikan kakap merah dapat dibudidayakan dalam kolam maupun karamba tancap di perairan pantai, sekitar muara sungai. Ikan ini dapat dibudidayakan dalam kolam berukuran 2 m X 2 m X 2 m, maupun ukuran yang lebih besar 3 m x 3 m X 2 m, disesuaikan dengan target produksi yang ingin dicapai.

Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih

Benih kakap merah bisa diperoleh dari hatchery yang menyediakan benih kakap ini, atau bisa diperoleh dengan cara penangkapan dari alam. Benih dari alam biasanya ketersediaannya terbatas, ukurannya tidak seragam dan hanya tersedia pada musim tertentu. Adapun pengangkutannya dengan sistem tertutup.

2. Penebaran benih

Penebaran benih dilakukan sebaiknya walau pagi atau sore hari karena suhu udara atau air lebih dingin. Sebelum penebaran, harus diperhatikan kondisi kualitas air, terutama suhu dan salinitas. Jika suhu dan salinitas air pengangkutan cukup berbeda dengan air dilokasi budi daya, perlu dilakukan adaptasi. Padat penebaran benih kakap merah seberat 5o g adalah 100 ekor/m3. Adapun padat penebaran ikan yang berukuran lebih besar (200 g), yaitu 11-12 ekor/m2.

3. Pembesaran

Pemeliharaan ikan jenaha (L. johni) selama 6 bulan akan mencapai bobot 356 g dengan bobot awal 125 g.

4. Pemberian pakan

Pakan yang digunakan adalah ikan rucah sebesar 5-10% bobot badan/hari. Pemberian pakan dilakukan dua kali/hari. Adapun L. argentimaculatus yang diberi pakan rucah sebanyak 10% bobot badan/hari selama masa pemeliharaan 7 minggu menunjukkan laju pertumbuhan rata-rata o,8% per hari. Frekuensi pemberian pakannya satu kali sebesar 7% bobot badan per hari.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Bakteri yang menyerang ikan kakap merah adalah Streptococcus iniae. Gejala ikan yang terserang penyakit ini, di antaranya warna ikan berubah menjadi lebih gelap, kehilangan keseimbangan, berenang berputar dan timbul bintik – bintik merah pada kulit.

Pencegahan yang dilakukan dengan cara menghindari padat tebarserta pemberian pakan berlebihan dan mencegah penanganan kasar. Selain bakteri, ikan ini dapat diserang parasit, yaitu kutu kulit. Kutu kulit adalah parasit eksternal yang umum pada ikan budi daya laut. Ada dua kutu kulit yang ditemukan pada ikan kakap merah, yaitu Neobenedenia dan Benedenia.

Kutu kulit pada ikan sangat sulit diamati karena benvarna transparan. Apabila dimasukkan ke dalam air tawar untuk beberapa menit, kutu kulit baru terlihat karena berubah warna menjadi keputihan. Pemberantasan parasit ini dengan cara merendam ikan di air tawar selama 5 menit. Jika tingkat serangannya parah, perendaman dapat dilakukan sebanyak dua kali dengan selang waktu seminggu.

Panen

Ikan kakap merah dipanen setelah berukuran 500 g. Ukuran tersebut ideal untuk dipasarkan. Adapun lama pemeliharaan untuk mencapai ukuran tersebut adalah 6 bulan.

Kamis, 28 Juni 2012

Lavender tanaman pengusir nyamuk

tanaman pengusir nyamukTanaman pengusir nyamuk dikenal dengan nama lavender, tetapi tanaman lavender sendiri sebenarnya memiliki bermacam macam jenis, tetapi sebenarnya memiliki kharakteristik yang sama, yaitu memiliki aroma bau yang menyengat, 

macam tanaman lavender atau tanaman pengusir nyamuk dan lalat

 
Lavenda; tanaman lavenda memiliki aroma bau yang menyengat apabila digoyang goyang oleh angin, ini akan mengeluarkan aroma yang tidak disukai oleh nyamuk, 
Tanaman dengan tinggi mencapa 1,5 meter ini dapat hidup dengan baik di dalam ruangan maupun diluar ruangan untuk sebagai material taman
tanaman pengusir nyamuk

Tanaman ini sebenarnya masih famili dari tanaman lavenda diatas, dengan bentuk visual atau fisik mirip, tetapi memilik bau yang berbeda, 
Tanaman ini berkembang biak bisa dengan stek
tanaman pengusir nyamuk

    Tanaman lavender daun lebar sebenarnya juga masih keluarga lavender, tetapi tanaman ini tampak berbeda dikarenakan fisiknya yang seperti merebah, batang tidak tegak, dan cenerung lemas, juga memiliki aroma bau  yang lebih menyengat baik dari batang maupun bunganya 
    sekilas tanaman ini hanya seperti tanaman gulma atau pengganggu, tetapi memiliki daya tarik, yaitu warna bunga ungu tua dan bebentuk seperti jagung, dan tanaman yang masih keluarga lavender ini memiliki batang keras layaknya lavenda, tetapi bedanya adalah batang dari lavender batang ini getas atau mudah patah

    tanaman pengusir nyamuk
    Tanaman pengusir nyamuk rose mery adalah sebagian dari jenis tanaman lavender, dengan ciri daun yang lembut dan memilik warna hijau yang pekat,melihat visiknya tanaman ini sebenarnya bisa menjadi rimbun, tetapi perkembang biakannya cenderung lebih lambat bila dibandingkan dengan tanaman lavender yang lain,

    Lavenda

    Tanaman lavenda adalah salah satu jenis dari tanaman lavender, banyak digunakan sebagai tanaman hias, baik untuk dekorasi tata ruang indoor maupun di lanscape sebagai material landscape
    tanaman pengusir nyamuk

     Karakteristik tanaman lavenda

    1. Tinggi tanaman mencapai 1,5 meter
    2. Diameter tajuk bisa sampai dengan 1 meter
    3. Dapat hidup dengan baik dengan terkena sinar matahari langsung ataupun sebaliknya
    4. perlu banyak siraman
    5. rajin berbunga
    6. daun dan bunga memiliki aroma yang menyengat, sehinggi tanaman ini baunya tidak disuka oleh serangga
    7. dikenal sebagai tanaman pengusir nyamuk
    8. Berkembang biak dengan biji
    9. memiliki daun yang lebat 

    lavenda berdaun lebar

    belum begitu dikenal jadi memang belum banyak yang tahu, tanaman pengusir nyamuk yang satu ini memiliki batang yang lebih besar dan daun lebih lebar tetapi lebih pendek, dari segi bau atau aroma yang dihasilkan sama dengan tanaman lavenda, hanya ukuran batang dan daun yang berbeda.

    Sedang untuk ukuran tinggi sebenarnya hampir sama, keduanya bisa mencapai ketinggian 1,5 meter, yang berbeda hanya kerimbunan, untuk daun sih sama rimbunnya tetapi bila kita perhatikan pada pangkal cabang yang berhubungan dengan batang utam sedikit saja daun yang masih menempel.

    jadi ini berbeda dengan lavenda. nah apakah anda tertarik untuk menanam tanaman lavenda si pengusir nyamuk di pekarangan rumah anda semua?

    Label