Jumat, 28 Juni 2013

Cari uang lewat ekiosku.com


Cari uang lewat ekiosku.com
Ada khabar menarik bagi anda yang punya minat dan naluri untuk mencari uang di internet, ya, supaya lebih gamblang silahkan anda baca selengkapnya artikel di bawah ini:
Mencari uang seolah sudah menjadi kebutuhan seseorang, peras keringat banting tulang hanya untuk mencari uang, sedemikian pentingnya uang dalam kehidupan kita, sehingga kita kadang lupa segalanya, berangkat pagi pulang malam hanya untuk cari uang

Cari uang lewat ekiosku.com. adalah mungkin salah satu solusi alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Ekiosku.com adalah salah satu situs jual beli online terbesar dan terlengkap di indonesia dengan layanan yang cepat dan tepat, sehingga banyak pelanggannya yang bertebaran diseluruh indonesia.

Uang adalah alat tukar ketika seseorang melakukan transaksi jual beli,dengan uang orang bisa membeli apa saja yang dikehendakinya, tidak ada orang yang tak suka uang. Tapi uang sering membuat orang marah, susah, bingung dan sedih, bahkan ada yang sampai tidak waras alias gila.  Mengapa demikian?

Berbagai komentar orang; sebagian orang mengatakan bahwa mencari uang itu susah,tapi tidak sedikit orang yang mengatakan cari uang itu mudah, kalau masalah ini menjadi polemik, maka saya akan mencari solusi lain, bagaimana cara cari uang di internet dengan gampang dan murah

Ada khabar baru nich...! mungkin ini jalan keluar buat anda yang susah cari duit, sekarang Ekiosku.com mengeluarkan sebuah produk dengan sistem afiliasi dengan nama: EkiLink. EkiLink melakukan expansi dengan promosi produk melalui berbagai media online (website/blog/jejaring sosial) milik para Agen EkiLink yang tergabung di dalam jaringan affiliasi EkiLink ini dengan tujuan untuk memperluas jangkauan promosi dan meningkatkan penjualan.

Produk yang memanfaatkan promosi melalui afiliasi EkiLink akan di mark-up Harga Dasar produknya dan nilai mark-up tersebut adalah nilai komisi untuk para Agen EkiLink yang media onlinenya berhasil mereferensikan pembeli untuk belanja produk tersebut sampai terjual.

Keuntungan Berpromosi melalui EkiLinks
1.Jaringan promosi produk menjadi lebih luas.
2.Tidak ada biaya/komisi/fee apapun yang dibebankan kepada penjual.
3.Harga jual per produk hanya di naikan 3% ( minimal Rp. 100,-  s/d maksimal Rp. 50.000,- ) dan selisih harga komisi ini ditanggung oleh pembeli HANYA apabila produk sudah laku (komisi berlaku pembulatan keatas).

Cara Promosi melalui EkiLinks
1. Untuk berpromosi melalui jaringan afiliasi EkiLink, penjual harus memiliki  kios di ekiosku.com.
2. Login. Kemudian ke menu Kios dan klik sub menu disebelah kiri EkiLink Produk.
3. Daftarkan produk yang ingin dipromosikan sesuai pilihan yang disediakan.
4. Syarat & Ketentuan
a. Untuk Penjual yang berpartisipasi di EkiLink, menerima dan dengan sadar mengetahui bahwa Harga Dasar produk yang diisi oleh penjual akan di mark-up sebagai Komisi oleh ekiosku.com sebesar 3% (Minimal. Rp. 100,- dan  Maksimal Rp. 50.000) per produk dan berlaku pembulatan keatas sehingga harga yang ditampilkan di halaman produk  adalah harga yang telah di mark-up. Nih contoh produknya 


Coba putar videonya sekarang
* Keterangan : mark-up diambil dari Harga Dasar per produk, bukan harga grosir atau varian
b. Penjual mengikuti program EkiLink dengan tujuan untuk melakukan promosi produk melalui jaringan afiliasi EkiLink  dengan menyebar luaskan link produknya untuk dipromosikan melalui website/blog/media online pihak ketiga dimana Agen (promotor) tersebut akan menerima komisi dari harga mark-up produk tersebut. Biaya promosi dibebankan kepada pembeli dan agen mendapatkan komisi apabila produk itu laku terjual.
c. Besaran nilai fee untuk di mark-up tidak mengikat dan dapat berubah sesuai kebijakan manajemen ekiosku.com dan  kebijakan ini bersifat absolut. 


Silahkan anda coba, tidak begitu rumit dan tidak perlu punya keahlian dibidang internet, asal bisa ngutak ngatik mouse saja anda sudah bisa cari uang lewat ekiosku.com. silahkan dicoba. Semoga berhasil...!

Kamis, 27 Juni 2013

Bisnis Penganan Pedas, Pria Ini Raup Puluhan Juta Rupiah

Di Bandung, tersebar tempat-tempat yang menyajikan kekhasan dalam kuliner, termasuk tempat khusus menjual penganan pedas. Adalah Toserda alias Toko Serba Lada, buah pikiran Willyhono, yang menyediakan makanan tersebut.

Willy, sapaan Willyhono, saat dihubungi VIVAnews pada Rabu malam, 19 Juni 2013, menceritakan bahwa bisnisnya ini adalah menjajakan makanan pedas dari berbagai jenis. Usahanya itu merupakan kelanjutan dari kegiatan awalnya, yaitu menjajakan produk penganan pedas.

"Dulu, saya menjual satu produk saja, yaitu bawang pedas. Namanya, Bawang Pedas Balalada buatan teman saya," kata dia.

Setelah memasarkan keripik itu, pria kelahiran 1983 ini melihat respons pasar terhadap penganan pedas sangat bagus. Dari sinilah, tercetus pemikiran untuk mendirikan usaha menjual makanan pedas.

"Kalau saya lihat, respons konsumen bagus. Rata-rata orang Indonesia suka makanan pedas," kata dia.

Willy kemudian memutuskan untuk mengembangkan usaha itu dan memperbanyak jenis dagangannya. Namun, dia tidak serta-merta membuat toko online.

Pertama, dia membangun toko di Jalan Padjajaran No. 4, Bandung. Modal awalnya sebesar Rp10-15 juta. Untuk nama toko yang bangunannya seluas 25 meter persegi itu, dia sengaja memilih akronim dan ada unsur bahasa Sunda.

"Orang-orang tahunya Toserba, toko serba ada. Tapi, saya pilih Toserda, toko serba lada. Kata 'lada' dalam bahasa Sunda, kan, artinya pedas," kata dia.

Lalu, dia juga mulai memperbanyak jenis dagangannya, mulai dari bawang goreng pedas, keripik, kerupuk, abon, sambal, rendang, bahkan cokelat. Produk dagangannya memiliki tingkat kepedasan, mulai level satu untuk pedas hingga level enam untuk sangat pedas.

Penganan itu pun beraneka macam ukurannya, mulai 100 gram, 300 gram, dan 400 gram. Harganya juga bervariasi, mulai dari Rp5.000 hingga Rp59.000.

"Yang Rp5.000 itu keripik, beratnya 100 gram dan Rp59.000 adalah rendang kering," kata pria lulusan Universitas Parahyangan, Bandung itu.

Barang dagangan itu, Willy memperolehnya dari para produsen makanan home industry yang ada di daerah Bandung dan sekitarnya.

"Tapi, kalau untuk abon, saya juga mendapatkannya dari Cirebon, Medan, Jakarta, dan Surabaya. Untuk cokelat, saya mengambil produk Chocodot dari Garut dan Monggo dari Jawa (Yogyakarta) dan harganya berkisar Rp10-15 ribu per kemasan," kata dia.

Ada dua cara, tambah Willy, untuk memasok barang dagangan ke tokonya, yaitu dengan beli putus dan titip dagangan. Kalau sistem beli putus, dia membeli sendiri barang untuk dijual, sedangkan sistem titip barang, produsen penganan itu yang menitipkan dagangannya ke tokonya. Cara titip barang ini yang paling banyak digunakan para supplier Toserda.

"Saya hanya mengambil marjin keuntungan 20 persen dari dagangan mereka," kata dia.

Tapi, tidak semua penganan pedas yang bisa masuk ke daftar jualannya. Pria ini mensurvei dahulu calon dagangannya. "Saya lihat-lihat dulu dagangannya, mana yang paling laris. Sambal biasanya habis 10 kemasan per minggu, sedangkan basreng (bakso goreng) habis 100-200 bungkus per minggu," ujarnya.

Omzet Rp70 juta
Namun, usahanya ini tidak selamanya manis. Willy mengaku sempat mengalami pasang surut berjualan penganan pedas. Saat keripik pedas sedang booming, dia mampu meraup omzet Rp60-70 juta per bulan.

Karena sudah banyak pesaingnya, kini Toserda hanya bisa mendapat omzet setengahnya. "Kalau sekarang omzetnya sebesar Rp30 juta per bulan," kata sarjana matematika ini.

Kini, ia memiliki lima pekerja, termasuk dirinya, yaitu dua orang pegawai offline, satu orang karyawan online, dan satu orang programmer.

Sumber : VIVA.co.id

Raih Jutaan Rupiah dari Bisnis Brownies Sayur Kukus

Terinspirasi oleh pesan dalam tayangan di acara "Bosan Menjadi Pegawai", salah satu program di televisi, wanita muda ini memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai reporter salah satu radio swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dia lalu memutuskan untuk menggeluti bisnisnya, menjual kue brownies sayur kukus.

Ana Risinawati (25) kepada VIVAnews, Senin 29 April 2013, menuturkan bahwa ia memulai usaha kecil-kecilannya pada 2011 dengan modal awal Rp2 juta.  "Setelah saya punya anak kecil, susah untuk meninggalkan anak. Apalagi pekerjaan reporter tak kenal waktu. Maka, saya putuskan untuk berhenti dari dunia jurnalis dan memulai usai berjualan kue brownies sayur kukus," ujar Ana.

Bisnisnya pun cukup cepat mendapat sambutan pasar. Ini berkat promosi yang dilakukan kepada teman, konsumen awal, serta iklan di internet.

Ana menjelaskan, perbedaan brownies sayur kukus ini dengan brownies cokelat adalah dari cara pembuatannya. Lapisan atas brownies buatannya itu diberi adonan yang terbuat dari sayur.

"Ada beberapa varian brownies kukus, mulai dari brownies kukus sayur jagung, wortel, selada, brokoli, dan tomat," kata Ana.

Setiap satu loyang brownies sayur kukus dijual dengan harga Rp20 ribu. Menurut Ana, keuntungan yang diperoleh dari setiap loyang itu sekitar 20 persen atau Rp4.000

"Kalau hari biasa dalam satu bulan bisa memenuhi pesanan hingga 100 loyang. Namun, saat ramai, dalam satu bulan pesanan bisa mencapai 250 loyang," tuturnya.

Karena promosi juga dilakukan melalui iklan di internet, maka pesanan bisa datang dari luar Yogyakarta. Ana mengaku tak segan melayani pengiriman produknya hingga ke luar kota. Namun, sejauh ini pesanan tetap lebih banyak dari Yogyakarta.

"Banyak dari teman yang pesan jika ada acara di rumahnya," ujarnya. Produk brownies sayur kukus buatannya itu diberi nama "Kue Brownies Brosaku". Ana menjelaskan, pembuatannya terbilang sangat mudah dan hanya perlu pemikiran yang kreatif, karena selama ini kue brownies lebih banyak unsur cokelatnya. 

"Penikmat kue tak menyangka jika yang dimakan mengandung sayuran yang kaya vitamin," kata Ana. Amin, salah satu konsumen brownies sayur kukus ini, mengaku sangat suka dengan rasa kue ini, terutama pada lapisan atasnya yang terbuat dari adonan sayur. "Rasa sayurnya juga tak kentara. Pokoknya enak," katanya. 

Sumber : VIVA.co.id 

Helda Sumampouw Bisnis Penganan Ringan Untung Jutaan Rupiah

Berawal dari modal puluhan ribu rupiah, wanita pengusaha asal Manado, Helda Sumampouw, mampu meraih omzet jutaan rupiah per bulan dari usaha produksi penganan ringan khas Manado, "halua kenari". Produk buatannya ini bahkan telah berhasil menembus pasar Amerika.

"Saya memulai bisnis ini dari modal yang sedikit," ujar Helda kepada VIVAnews, Rabu 20 Februari 2013.
Halua kenari ini berbahan kacang kenari yang bercampur dengan gula merah. Sekilas, makanan ini mirip dengan enting-enting yang berasal dari Jawa Tengah.

Kacang kenari ini terlebih dahulu direndam semalam dengan air, lalu dikupas kulitnya. Setelah itu, kenari digoreng sampai garing. Kenari yang sudah digoreng ini dicampur dengan gula merah dan air.

"Jadi, kenarinya kering," kata Helda. Setelah jadi, dikemas dengan berbagai ukuran dan diberi nama "Halua Kenari Helda".

Helda menjelaskan, ukuran 200 gram dijual dengan harga Rp10 ribu, kemasan 250 gram harganya Rp15 ribu, dan kemasan 500 gram dijual Rp35 ribu.  Khusus untuk kemasan 600 gram dalam toples plastik, Helda menjualnya dengan harga Rp26 ribu. Selama lebih dari sepuluh tahun Helda menjalankan bisnis ini, halua kenari buatannya menembus pasar domestik dan mancanegara.

"Orang dari Jakarta dan Bandung pernah meminta saya untuk mengirimkan halua kenari. Bahkan, dari Amerika juga pernah pesan," kata Helda.

Lanjutkan Usaha Kakak
Helda mengaku bisnis ini awalnya sekadar mengembangkan usaha yang telah dirintis kakaknya. "Saya melanjutkan usaha kakak saya. Dia sekarang sudah berhenti berjualan halua kenari," kata Helda.

Modal yang dikeluarkan saat memulai bisnis ini, menurut Helda, hanya Rp25 ribu pada 2000. Beruntung, Helda mendapat dukungan dan kepercayaan dari teman-temannya untuk berbisnis halua kenari, sehingga bahan baku produksi, yaitu biji kenari, lebih mudah didapat dan bisa dibayar belakangan.

"Teman-teman kasih saya kenari, bahan baku halua ini. Setelah dapat untung, baru kami bayar," kata Helda.
Pasokan kenari itu, kata Helda, berasal dari Ambon dan Ternate, Maluku. Harganya Rp69 ribu per kilogram.

Kini, bisnis Helda kian berkembang. Ongkos produksi halua kenari buatannya sudah tidak lagi Rp25 ribu. "Sekarang modalnya sekitar Rp30 juta. Keuntungannya per bulan sekitar Rp3 jutaan," kata dia.
Saat ini, Helda berupaya untuk membuka outlet di luar Manado. Sasarannya adalah kota besar, terutama Jakarta. Helda tak akan segan mengirimkan halua kenari buatannya ke kota lain jika ada pesanan. "Terserah mau pesan berapa saja, saya siap," kata dia.

Helda pun mengundang masyarakat untuk mengunjungi pameran usaha kecil menengah (UKM) binaan BUMN yang digelar di Plaza Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta, hingga 28 Februari 2013. Produk buatan Helda juga dijajakan di ajang itu. 

Sumber : VIVA.co.id

Camilan Pisang Mekarsari Widyastuti Menggurita Hingga Pelosok Negeri

Pendidikan bukan menjadi penghalang untuk sukses. Mungkin kata itu yang cocok untuk menggambarkan kesuksesan Ida Widyastuti, wanita berumur 37 tahun ini. Sebab, meski hanya lulusan SMA, tapi tidak menghalanginya untuk menjadi pengusaha camilan tradisional yang sukses.

Ida yang memulai usahanya tahun ini berhasil sukses meraih penghargaan Ernst & Young beberapa bulan lalu sebagai sosok wanita inspiratif. Majalah Femina juga menobatkan ia sebagai sosok wanita inspiratif.

Ida adalah pendiri Roemah Snack Mekarsari, Sidoarjo. Saat ini, ia mengungkapkan bahwa usahanya menjajakan opak pisang dan keripik pisang beserta hampir dari 100 jenis camilan lain.

Roemah Snack Mekarsari sendiri, menurut Ida, selain mempunyai produk utama juga digunakan menjadi alat pemasaran bagi para usaha kecil dan menengah (UKM) yang mempunyai produk lain yang tidak bisa melakukan pemasaran dan promosi.

"Jadi, kami membantu mereka untuk mempromosikan, memberitahu bagaimana cara pengemasan dan membantu penjualannya," ujar Ida kepada VIVAnews ketika ditemui beberapa waktu lalu di Jakarta.

Produk utama Roemah Snack yang berupa keripik pisang, menurut Ida, sudah ada di seluruh kota di Indonesia. Usahanya itu dimulai ketika dirinya mulai merasa jengah saat harus menikah dan terus berada di rumah. "Saya bosan, karena terbiasa bekerja sejak kecil," ujarnya.

Akhirnya, ia mencari-cari kegiatan yang bisa dilakukan. Paling tidak untuk mengisi kesibukan di rumah. Ida pun berinisiatif untuk membuat emping melinjo.

Tak bertahan beberapa lama, Ida pun memutuskan untuk tidak melanjutkan produksi emping melinjonya. Banyaknya penyakit yang bisa disebabkan melinjo menjadi pertimbangannya.

Dari situ, akhirnya ia memulai pembuatan keripik pisangnya. Usaha Ida yang awalnya hanya bermodalkan Rp600 ribu, kini telah menggurita di seluruh Indonesia.

"Saat ini, di setiap kota Indonesia saya rasa produk kami telah masuk. Bahkan, di Bali, Kalimantan, dan Sulawesi, 80 persen dari camilannya berasal dari Mekarsari," kata Ida.

Namun, ketika ditanya berapa omzetnya per bulan, Ida mengaku tidak bisa menyebutkannya. "Indikatornya mungkin dilihat dari bahan baku yang kami pakai. Per hari kami bisa menghabiskan lima ton pisang, bahkan pada saat panen bisa mencapai 10 ton per hari," ungkapnya.

Sumber : VIVA.co.id 

Darwis Triadi Ikon Fotografi Indonesia

Apa yang terlintas di benak Anda saat mendengar nama Darwis Triadi? Fotografi? Barangkali itu bukan hanya akan menjadi jawaban Anda saja, melainkan juga sebagian besar yang lain. Ya, di Indonesia, pemilik nama lengkap Andreas Darwis Triadi tersebut memang begitu identik dengan urusan “memotret”. Bahkan rasanya tidak berlebihan jika dikatakan Darwis—akrab ia disapa—adalah salah satu ikon fotografi Indonesia. Namun, tahukah Anda bahwa sebenarnya Darwis tak sekalipun pernah mengenyam pendidikan formal di bidang yang digelutinya selama puluhan tahun? Berikut petikan kisah hidup pria kelahiran Solo, 15 Oktober 1954 tersebut di bidang fotografi.

Awalnya Darwis muda adalah seorang pilot. Ia sempat menuntut ilmu di sebuah sekolah tinggi penerbangan di daerah Curug, Tangerang sekitar tahun 1975. Namun, belakangan Darwis merasa tak cocok dengan profesinya sebagai penerbang. Pada tahun 1979, akhirnya ia mengambil sebuah keputusan  berani: banting stir ke dunia fotografi. Padahal, pengetahuan Darwis di bidang fotografi kala itu tak bisa dikatakan memadai. Apalagi latar belakang pendidikan formal pria yang kini berusia 56 tahun tersebut pun tak bersangkut paut dengan bidang fotografi. Saat ditanya bagaimana ia dulu menekuni bidang barunya, Darwis menjawab,” Karena waktu itu orang masih belum tahu mau belajar (fotografi) kemana, jadi saya belajar sendiri.” Menuntut ilmu secara otodidak ia lakukan dengan banyak membaca buku dan aktif melakukan praktik di lapangan.

Mengapa memilih berkarier di bidang fotografi? Darwis sendiri tak memiliki jawaban pasti. Yang jelas, berpuluh tahun yang lalu itu ia hanya memikirkan sebuah keahlian yang kira-kira dapat menjadi sumber kehidupannya kelak di masa depan, tanpa perlu kembali ke bangku perkuliahan. “Saya enggak tahu tiba-tiba kepikiran foto. Akhirnya terus saya jalanin foto,” ungkap Darwis. Menurutnya, bidang fotografi di Indonesia pada waktu itu belum terlalu diperhitungkan orang. “Tapi saya berpikir fotografi itu enggak seperti ini nantinya. Makanya saya harus belajar benar,” tambahnya. 

Selama kurang lebih empat tahun, Darwis mencoba menekuni fotografi secara mandiri. Sekitar tahun 1983, ia mulai mencari beragam informasi dan mengikuti kursus fotografi di sejumlah negara seperti Jerman dan Swiss.  Untungnya Darwis bukanlah tipe orang yang pelit untuk berbagi ilmu. Seiring dengan pengalaman dan pengetahuannya yang semakin bertambah, sejak tahun 1985 ia mulai giat menjadi pembicara dalam berbagi seminar dan pelatihan terkait kegiatan “menembakkan” kamera. Dari situ, keinginan untuk membuat sebuah lembaga pendidikan fotografi kemudian timbul. Darwis mengungkapkan,” Pernah waktu itu saya berjanji, kalau saya jadi fotografer beneran, saya mau bikin sekolah fotografi yang nonformal, tapi profesional.” Apa yang mendasari lahirnya janji tersebut? “Mungkin karena dasarnya saya senang ngajar ya,” jawab Darwis. 

Janji itu lunas ketika pada tahun 2002 Darwis berhasil mendirikan sebuah lembaga pendidikan fotografi yang diberi label sesuai namanya. Berlokasi di Jalan Pattimura No.2 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Darwis Triadi School of Photography membuka kesempatan kepada siapapun yang ingin mahir “menjepret” mewujudkan harapannya. Membuat sebuah sekolah fotografi diakui Darwis tak mudah, terutama dalam menyusun kurikulum. Namun, pemotret yang karyanya pernah dimuat di majalah internasional Vogue dan Hasselblad tersebut tak ingin begitu saja menyerah. Seiring perjalanan waktu, Darwis terus mencoba menyempurnakan kurikulum di sekolah yang didirikannya tersebut.

Dari tahun ke tahun, Darwis Triadi School of Photography menunjukkan perkembangan yang signifikan. Selain sudah mempunyai cabang di Bandung dan Surabaya, sekitar 11 ribu orang juga tercatat pernah menimba ilmu di sekolah tersebut sejak pertama kali dibuka. Inilah salah satu janji yang terlunasi dengan manis. Bagi Darwis sendiri, berkah menjadi kian melimpah karena semakin hari ia semakin merasakan kesenangan pribadi dari aktivitasnya mengajar. Ia menuturkan,”Saya merasakan ngajar itu sangat menyenangkan. Malah kadang saya merasa sangat frustasi kalau yang saya ajar itu enggak ngerti.”

Makna fotografi dalam hidup
Secara terang Darwis mengatakan bahwa ia menemukan makna kehidupan dalam fotografi. Bahkan bergelut dengan dunia yang dicintainya selama lebih dari 30 tahun terakhir telah membuat Darwis merasa dapat mengalami hidup lebih dari dimensi yang sebenarnya. Ia menjelaskan,“Saya motret (karena) ingin menemukan bahwa sebetulnya dasar fotografi itu apa. Bukan hanya sekadar motret jegrek jadi gambar.” Lebih lanjut penulis buku Kembang Setaman, Secret Lighting, dan Terra Incognita itu menguraikan bahwa fotografi telah menuntunnya dalam proses pencarian jati diri hingga akhirnya menemukan makna kehidupan yang sejati.

Passion hidup Darwis memang tercurah pada bidang fotografi. Hal ini membuatnya tak pernah lelah melakoni profesi yang sama selama berpuluh-puluh tahun. Darwis menerangkan,“Karena saya sudah menemukan (bahwa) begitu saya berbicara foto, saya motret, saya hidup.” Begitu menyatunya Darwis dengan fotografi, ia sampai kesulitan menjawab ketika ditanya pengalaman apa yang paling menarik selama menapaki jenjang kariernya. Bagi Darwis, urusan memotret selalu meninggalkan kesan menarik.

Walaupun sudah terjun selama puluhan tahun, dalam beberapa momen Darwis mengaku masih terbebani akan tanggung jawab pekerjaannya. Momen yang bisa membuatnya merasa demikian contohnya ketika ia mesti memotret untuk kepentingan iklan atau mengambil gambar para pejabat. “Untuk saya berat,” kata Darwis. Selain itu, beberapa kali Darwis juga dihinggapi duka terutama jika apa yang ia pikirkan, rencanakan, atau imajinasikan tidak terealisasi dalam foto sebagaimana yang diharapkan. Namun, Darwis segera memberi catatan dengan mengatakan,” Tapi sukanya, karena itu pekerjaan, hobi, hidup, (dan) jiwa saya, senang akhirnya. Apapun bentuknya kalau fotografi itu bawaannya senang.”

Tips bagi fotografer pemula 
Perjalanan Darwis hingga berada di posisinya saat ini sungguh panjang. Ia memulai pekerjaan sebagai fotografer dari titik nol. Kepada mereka yang ingin menekuni profesi sebagai pemotret, Darwis pun menekankan pentingnya tiga hal: spirit (semangat), motivasi, dan sikap mental. Menurut pria berkaca mata tersebut, tiga hal di atas terkadang tak dipedomani dengan baik oleh para fotografer pemula. Dalam pandangan Darwis, sejumlah fotografer pemula memiliki daya juang yang kurang tinggi.“Spiritnya, kadang-kadang, anak-anak sekarang kurang tinggi. Semuanya serba instan, ingin cepat,” tukasnya. 

Selain kurang berdaya juang, Darwis menilai sejumlah pemotret pemula juga tampak minim motivasi. Padahal faktor itu sangat penting bagi seseorang untuk bisa menunjukkan yang terbaik dan menjalani fotografi dengan sebuah konsekuensi tanggung jawab moral. Berkaitan dengan sikap mental, Darwis mengambil contoh sikap sombong dan cepat merasa puas terhadap hasil yang dicapai. Ia mengatakan,” Karena (di bidang) fotografi, pada saat kita menganggap kita baik, itu hancur. Sebetulnya sama dengan kalau manusia itu sombong, tinggal ambruknya aja.”

Pesan untuk anak muda
Darwis telah membuktikan bahwa kesetiaan dalam menjalani pekerjaan yang dicintai akan menghasilkan pencapaian mengesankan. Kepada generasi muda, pria yang pernah ditunjuk produsen lampu Bron Elektronik AG asal Swiss untuk mengisi kalender Broncolor tahun 1997 itu menegaskan perlunya ketekunan di bidang-bidang yang tengah dijalani.“Semua bidang yang kita tekuni, pasti menjanjikan,” ungkap Darwis. Lebih jauh ia juga berpesan agar orientasi dalam melakukan sebuah profesi tidak semata-mata tertuju pada hal-hal yang bersifat fisik. “Yang kita kejar adalah prestasi (dan) dedikasi kita,” lanjut Darwis.

Menurut Darwis, kesuksesan seseorang dalam bekerja utamanya bisa diukur dari seberapa besar manfaat keahlian yang bersangkutan bagi masyarakat banyak. Ia pun cenderung berpikir bahwa urusan rezeki sebaiknya dipisahkan dari tanggung jawab moral terhadap profesi. Dari situ, totalitas menjalani profesi akan dapat tercapai dengan lebih optimal. Darwis mengambil contoh musisi kaya dan terkenal, almarhum Michael Jackson. Ia menuturkan,”Berapa ratus juta orang yang terhibur kalau dia menyanyi? Begitu dia meninggal, orang kehilangan. Itulah hidup makna yang sebenarnya. Selain dia juga menghasilkan (uang) dari itu.” Di ujung perbincangan, Darwis tak ketinggalan berpesan soal pentingnya kecintaan terhadap profesi. “Cintailah profesi itu sama halnya Anda mencintai diri Anda di dalam berkehidupan,” pungkasnya.

Sumber : kompasiana.com

Stan Shih Sang Pendiri Acer

Stan Shih atau Shi Zhenrong dilahirkan pada pada tanggal 8 Desember 1944 Di Taiwan. Stan Shih dikenal sebagai Pendiri dari Perusahaan komputer Acer, Ia juga adalah ketua dari grup perusahaan Acer yang produknya cukup dikenal di kalangan orang Indonesia, mulai dari laptop, netbook, komputer, LCD dan lain-lain. Ia dilahirkan di masa-masa akhir pendudukan Jepang di Taiwan. Ia terlahir dari keluarga yang miskin karena menderita akibat dari kependudukan dari Jepang. Stan Shih merupakan model klasik bagi figur-figur di Taiwan. Stan kecil telah membantu ibunya yang menjanda untuk berjualan telur. Sifat mandiri dan naluri wirausaha mulai terbentuk dari kegiatan membantu ibunya.

Setelah lulus dari Sekolah menengah atas di taiwan, Stan Shih kemudian masuk di Universitas National Jiao Tong University di Taiwan, kemudian setelah lulus dan menerima gelar sarjana dan master dalam jurusan Teknik Elektro di salah satu universitas di Taiwan yang bernama National Jiao Tong University, Stan bersama istrinya Carolyn Yeh mendirikan Multitech pada tahun 1976 kemudian mengubah namanya menjadi Acer pada tahun 1987. Lambat laun perusahaan yang ia rintis berkembang pesat sebagai sebuah perusahaan komputer ternama di Taiwan dan akan menjadi salah satu perusahan komoputer terbesar di dunia, kemudian pada pertengahan tahun 1990an, Stan sukses menjadikan Acer sebagai salah satu merek papan atas dalam dunia dalam hal produk PC (Personal Computer) yang mulai bersaing dengan raksasa Jepang seperti NEC dan Toshiba, dan pesaing dari kawasan Eropa dan Amerika seperti Dell dan Hewlett-Packard.

Yang mencenangkan saat perusahaanya mulai berkembang pesat sebagai salah satu perusahaan komputer ternama di dunia, Stan memilih untuk pensiun pada pada tahun 2004. Bagi sebagaian orang, Stan dianggap terlalu cepat pensiun di usianya yang 60 tahun karena dalam Budaya orang Tionghoa, seorang Tionghua akan berusaha terus berkerja sampai kondisi tidak sanggup lagi. Stan tidak setuju dengan hal itu dan malah hendak menjadikan dirinya sebagai panutan. Satu perusahaan harus digerakkan oleh darah-darah baru yang segar dan bertenaga dan dapat mengikuti perkembangan jaman. Perusahaan Acer masih menganut gaya lama sehingga kurang agresif pada jajaran manajer level menengah sampai atas. Suksesi kepemimpinan perlu dilakukan kepada generasi yang lebih muda.

Dalam perjalanan karirnya sebagai pengusaha konglomerat , Stan terkenal sangat memperhatikan karyawannya seperti layaknya keluarga sendiri dan melibatkan mereka kedalam pembagian keuntungan. Kehidupan Stanley dan istrinya sendiri termasuk sederhana , berbeda dengan keluarga konglomerat pada umumnya. Gaya dan sikapnya dinilai sebagai gaya klasik khas Taiwan : santai , langsung , kuat dan humoris.

Grup Acer yang ia dirikan mempekerjakan 39.000 orang di lebih dari 100 negara. Pendapatannya pada 2002 adalah US$12,9 miliar. Kantor pusatnya terletak di Kota Sijhih, Taipei County, Taiwan. Pasaran Acer di Amerika Utara telah merosot dalam beberapa tahun terakhir sementara pasar Eropanya terus meningkat. Kesuksesannya di Eropa sebagian karena pensponsoran dari Tim Formula 1 Ferrari dan bekas tim F1, Prost Grand Prix.

Setelah itu, Acer sekarang pun sudah menjadi perusahaan dunia yang sangat di perhitungkan dalam PC,Notebook,Laptop dan juga acer sekarang pun sudah merabah ke Ponsel yang berfokus di ponsel Pintar. Ini adalah perjuanggan seseorang yang dulunya perusahaan biasa sekarang sudah masuk perusahaan nomor 1 di dunia.Barangkali pendiri acer melewati naik turun penjualan, bekerja keras untuk bagaimana acer itu bisa di perhitungkan di dunia komputer, dan mereka telah menikmati hasilnya seperti sekarang.

Sumber : en.wikipedia.org

Rabu, 26 Juni 2013

Subronto Laras, Kisah Sukses Pengusaha Otomotif Yang Nasionalis

Bagi Subronto Laras, waktu seolah berkelebat seperti laju Hayabusa, motor Suzuki dengan mesin 1300 cc. Beberapa waktu lalu, Subronto mengumumkan dirinya pensiun setelah 33 tahun menjadi keluarga besar Suzuki. Dalam kata sambutan itu Subronto berucap akan fokus pada kesehatan serta hari depan pribadi bersama keluarga. Dia mengaku merasa sangat berat dan sedih harus meninggalkan persahabatan serta persaudaraan yang sangat erat di Suzuki. ”We are one Suzuki Family”.

Meski mengaku pensiun, Subronto tetap akan mencurahkan perhatian pada Suzuki. Menurut dia, karena kepemilikan saham mayoritas (90 persen) Suzuki Motor Corp. Jepang, secara otomatis membuatnya melepaskan jabatan operasional Suzuki. ”Tapi saya tetap sebagai chairman di Indomobil Group, dan anak-anak perusahaan seperti komponen, finance, dan lain-lain,” katanya.

Titik penting perkembangan Suzuki mobil di Indonesia berawal dari Manado, Sulawesi Utara. Pada 1978, Subronto, dengan instingnya yang kuat, memasarkan mobil niaga Suzuki ST-20 di kawasan Nyiur Melambai itu. Kondisi panen raya cengkeh pada saat itu turut menyumbang penjualan Suzuki pikap yang pada saat itu memang sangat dibutuhkan masyarakat Manado dan sekitarnya.

Mulailah, pada saat itu, produk mobil Suzuki dikenal luas tidak hanya di Sulawesi, tetapi juga di pulau-pulau sekitarnya, termasuk Jawa. Sebelumnya, pada era 1970-an, Suzuki hanya dikenal sebagai pembuat sepeda motor. Kesuksesan penjualan di Manado pada akhir 70-an itu membawa berkah bagi produk-produk mobil dan sepeda motor Suzuki di masa mendatang.

Kenangan manis di Sulawesi Utara membuat PT Indomobil Suzuki International menapak tilas dengan meluncurkan Suzuki SX-4 versi CKD di Manado, Mei silam, demi mengulang momentum kesuksesan Suzuki. Tidak hanya sukses membesarkan merek Suzuki, bagi banyak kalangan Subronto dikenal dekat dengan para pewarta media massa. Eri Haryoko, Ketua Umum Forum Wartawan Otomotif Indonesia (Forwot) menyampaikan kesan serupa. ”Subronto selalu menyebut peran media massa yang ikut membe sarkan Suzuki,” katanya.

Subronto jugalah yang sukses membuat mobil ”nasional” dengan harga terjangkau melalui Suzuki APV. Lulusan Hendon College, Business Administration, London, ini bahkan disebut sebagai tokoh otomotif Indonesia.

Wisnu Guntoro, Direktur dan Pemimpin Redaksi SmartDrive.co.id, menyebut, “Seorang industriawan yang memikirkan mobil dengan harga terjangkau masyarakat luas.” Di mata stafnya, penggemar sepeda ini lebih dianggap seorang bapak yang mengayomi anaknya. Bebin Djuana, 4W Marketing, Brand 2 Section Head (Manager) 4W Marketing & Sales – Marketing Brand II Suzuki, PT Indomobil Niaga International (IMNI), bertutur, “Kami lebih menganggap beliau sebagai orang tua atau ayah yang mengayomi sekaligus disegani. Sosoknya lebih dari sekadar pimpinan.” Begitu pula dalam pandangan Joko Utomo, 4W Marketing, Brand 1 Deputy General Manager PT IMNI.

“Keberhasilan Suzuki di Indonesia tidak lepas dari peran besar beliau. Suzuki dari  “nothing”  menjadi  “something”, menjadi merek yang bisa diperhitungkan di pasar otomotif nasional,” ujarnya.

Kekaguman yang kuat datang dari seorang Edi Tjahyono Darmawan. Menurut Marketing Manager 2W Suzuki PT IMNI, ini, Subronto Laras adalah seorang nasionalis sejati. “ Lihat saja di bajunya. Kemana-mana pasti ada emblem merah putih menyertai, walau hanya pergi ke kantor. Itulah yang saya kagumi dari seorang Subronto Laras.”

Subronto Laras, Presiden Direktur PT Indomobil Suzuki Internasional, pengusaha yang membesarkan merek Suzuki di Indonesia. Tangan dingin pria kelahiran Jakarta, 5 Oktober 1943, ini telah membawa produk-produk Suzuki meraih sukses pangsa pasar yang cukup besar di Indonesia. Bahkan tak berlebihan bila disebut dialah personifikasi Suzuki di negeri ini. Namanya identik dengan Suzuki. Suzuki adalah Soebronto Laras. Atau sebaliknya, Subronto Laras adalah Suzuki. Dua nama yang tak terpisahkan.

Beberapa jenis otomotif merek Suzuki telah diluncurkannya. Satu yang paling anyar dan merupakan pewujudan impian lamanya, adalah Suzuki APV, kendaraan multiguna (Multi Purpose Vehicle, MPV). Dia selalu bersemangat jika diajak bicara soal impiannya ini.

Saat ditanya di sela acara peluncuran buku biografi Soebronto Laras berjudul Meretas Dunia Automotif Indonesia,  di Grand Ballroom, Hotel Hilton, mengapa Suzuki APV memakai mesin 1.500 cc dan bukan yang lebih besar dari rata-rata pesaingnya? Dia menjawab bahwa mesin berkapasitas 1.500 cc adalah batasan minimum dari aturan pajak 20 persen. Kalau lebih dari itu maka pajaknya lebih tinggi dan harganya akan lebih mahal. Suzuki APV bisa saja memakai mesin 1.600 cc, tapi harganya jadi lebih mahal sepuluh jutaan, jelas tokoh yang akrab dipanggi Yonto itu. Soebronto Laras memang dibesarkan dalam keluarga yang menggumuli dunia otomotif. Ayahandanya, R. Moerdowo (almarhum) adalah importir mobil Citroen, Tempo dan Combi sejak 1949. “Maka sejak kecil dia sudah tertarik kegiatan bengkel,” ujar perakit motor dan mobil Suzuki itu.

Dia mengecap pendidikan SD sampai SLA di SD Perguruan Cikini, Jakarta, 1958, SLP Perguruan Cikini, Jakarta, 1961dan SMA Harapan Kita, Jakarta, 1964. Setamat SLA, Yonto melanjutkan studi rekayasa mesin di Paisley College for Technology, Scotlandia, 1969. Kemudian melanjut ke Hendon College for Business Management, di London, United Kingdom, 1972. Selagi di sanalah ia bergaul akrab denga Roesmin Noerjadin (mantan Menteri Perhubungan), dan Benny Moerdani (mantan Pangab). Sebab, Yonto sempat menjadi staf lokal Atase Pertahanan di KBRI London.

Kembali dari Inggris, 1972, anak kedua dari empat bersaudara ini berkenalan dengan Atang Latief, pemilik Bank Indonesia Raya dan sejumlah kasino (ketika itu). Bahkan Yonto menjadi orang kepercayaan Atang. Ia menjabat Direktur PT First Chemical Industry, yang bergerak dalam bidang formika, alat-alat plastik, dan perakitan kalkulator. Empat tahun kemudian ia menjadi dirut perusahaan perakitan motor mobil Suzuki.”Saya berani karena didukung penuh oleh Pak Atang Latief,” kata Yonto. Dari sebuah perusahaan yang nyaris bangkrut, kemudian berkembang hingga beromset ratusan milyar kala itu.

Kemudian sejak 1981 bisnisnya bertambah kuat dengan masuknya grup Liem Sioe Liong. Pada 1984, ia menjadi Dirut PT National Motors Co. dan PT Unicor Prima Motor, perakit mobil Mazda, Hino, dan sepeda motor Binter. Pada masa remajanya, Yonto pernah menjadi pembalap motor, bersama antara lain Tinton Soeprapto. Pada hari- hari libur, bersama teman-temannya, ia masih suka menunggang motor Suzuki 1.000 cc ke luar kota. Kalau ada produksi baru hasil rakitan pabrik mobilnya, Yonto tidak pernah absen ikut menguji.

Dia menikah dengan Herlia Emmi Yani, putri Almarhum Jenderal Ahmad Yani, dikaruniai dua anak. Yonto menyenangi jogging, tenis, renang, rally, dan bulu tangkis. Ia juga memiliki koleksi sepeda motor dan anjing ras herder dan doberman.

Sumber : cessee.com

Damrah Sukses Berbisnis Ikan Asin

Mendengar Ikan Asin sudah tentu tak asing lagi bagi masyarakat. Salah satu kerajinan hasil olahan tangan ini sudah terkenal dan banyak diminati. Tetapi untuk menengok langsung pembuatan Ikan Asin, tentu tak semua orang tahu seperti apa prosesnya. 

Di balik nikmatnya ikan asin tersebut, tersimpan cerita kesuksesan dari para pengusaha ikan asin. Seperti di tempat pembuatan dan pengolahan ikan asin di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara misalnya.

Seorang pengusaha pembuat ikan asin, Hajjah Damrah (46) mengaku sudah sepuluh tahun menekuni usaha tersebut, melanjutkan usaha milik orang tuanya yang dikelolah bersama keluarga. Ia mengaku orangtuanya telah merintis usaha tersebut sejak tahun 1975. 

"Orangtua saya (mulai usaha) dari tahun 75-an juga udah buat ikan asin. Ya saya mah cuma ngelanjutin aja, udah sepuluh tahun saya nerusin," kata Damrah ditemui di tempat pengelolahan miliknya, Senin (22/10/2012). 

Tak berbekal pendidikan apapun alias tak bersekolah, wanita dengan empat anak itu terbilang sukses. Hanya dengan keuntungan yang diperolehnya, dia sudah menunaikan ibadah Haji dan Umroh beberapa kali. 
Meski dia tak bersekolah, Damrah tidak ingin anak-anaknya mengalami sepertinya. Dari usaha tersebut, ia mampu menyekolahkan keempat anaknya hienggak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). 

"Kalo saya mah enggak sekolah. TK aja enggak. Tapi Alhamdulilah, anak empat orang sekolah semua. Ya sampe lulus SMA atau STM. Kalau saya naik Haji dua kali, Umrohnya juga udah dua kali. Ya dari hasil ini (ikan asin). Makanya Ibu bersyukur, orang enggak sekolah tapi Alhamdulilah bisa Haji sama Umroh," ujar Damrah tersenyum. 

Meski terbilang sukses, bukan berarti usaha yang dijalaninya tak ada masa surut. Terkadang apabila hasil tangkapan ikan di laut oleh nelayan tak banyak, tentu penghasilan yang di dapatnya juga menurun. 

"Ya, kalau lagi banjir (banyak) sebulan bisa sampe 10 ton. Kalo lagi dikit ya kadang enggak banyak, untungnya juga dikit. Kalo (jumlah) untungnya enggak nentu, waktu lagi sepi sebulan paling 5 juta rupiah, kalo lagi banjir (banyak) bisa sampe 20 juta," ungkap Damrah menjelaskan. 

Dengan bakat dan keterampilan yang diturunkan dari keluarga, wanita asli Banten itu menceritakan proses pembuatan dan usaha Ikan Asin yang sudah lama digeluti keluarganya dan menjadi sumber mata pencahariannya tersebut.  "Awalnya Ikan kita ambil langsung di nelayan yang lelang. Dibeli ikan mentahannya terus ikannya kita bawa ke sini (untuk dikelola)," terangnya. 

Setelah ikan tiba di tempatnya, ikan tersebut direndam di dalam air garam pada sebuah bak besar selama satu hari. Hal itu agar garam dapat meresap pada daging ikan.  "Besoknya dibelek (dibelah) ikannya, digarem lagi pake garem pasir. Abis itu dicuci dan dijemur dua hari. Baru udah bisa diangkat di jual," katanya menambahkan. 

Ikan yang dipilih untuk diasinkan pun terdiri dari berbagai jenis. Seperti Tongkol, Mayung, dan Remang, sama yang laen.  Proses secara keseluruhan membuat ikan asin dikatakannya bervariasi, bisa tiga sampai empat hari dari awal hingga proses akhir untuk siap dijual.  Dalam sekali 'panen' (empat hari), dirinya mengaku bisa memaketkan 15 sampai 20 kardus. Satu kardus rata-rata memiliki isi 60 kilogram ikan asin. 

Satu kilogram ikan asin bervariasi harganya, tergantung jenis ikan yang diasinkan. Untuk ikan asin tongkol 1 kilogram, harga normalnya Rp 14.000. Sedangkan untuk ikan Remang 1 kilogram harganya mencapai Rp 18.000.  Pelanggan yang datang membeli ikan asin hasil olahannya bukan cuma dari Jakarta, tetapi dari berbagai kota luar Jakarta lainnya. 

"Ada yang dari Bogor, Parung, Bekasi, kalo Jakarta sih hampir semua," tutup Damrah, sambil merapikan ikan asin yang akan dikepak dalam kardus.

Sumber : KOMPAS.com

Cerita Stanly Erungan Berbisnis Bengkel Sukses

Memulai suatu usaha tidaklah gampang, tapi juga tidak mustahil untuk sukses. Asal ada tekad dan kemauan kuat, pasti suatu saat akan berhasil. Stanly Erungan (40 tahun), seorang anak petani dari Manado membuktikan hal itu berbisnis bengkel sukses. seperti di kutip ciputraentrepreneurship, Kini, Stanly sukses menjadi pengusaha bengkel mobil dengan omzet di atas Rp 1 miliar per bulan. Tekad menjadi pengusaha sudah muncul saat ia masih bekerja di sejumlah perusahaan besar, seperti Astra.

Stanly sudah bekerja di Astra sejak lulus dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung tahun 1996. Di Unpad, ia mengambil jurusan komputer, khususnya bidang informasi teknologi.

Lama bekerja di Astra, anak ketiga dari empat bersaudara ini sudah menduduki posisi penting di perusahaan itu. Namun, tekadnya yang kuat untuk menjadi pengusaha, tidak menghalangi niatnya untuk terjun ke dunia bisnis.

"Sejak dulu, saya sudah menargetkan bahwa pada usia menjelang 40 tahun harus mendirikan usaha sendiri," katanya seperti dilansir Kontan.co.id.

Begitu keluar dari Astra pada 2001, Stanly tidak langsung terjun ke dunia bisnis dan mendirikan usaha sendiri. Saat itu, ia sempat bergabung dulu di salah satu perusahaan oli di Jakarta.

Di perusahaan ini, ayah dua anak ini semakin memiliki jaringan yang kuat di dunia otomotif. Saat itu, ia rutin memasok oli ke sejumlah pengusaha truk, bus, dan kendaraan lainnya. "Saya akhirnya memiliki banyak kenalan," kata suami dari Maria Natalia ini.Bermodal jaringan itu, pada 2008, Stanly lantas memilih keluar dari perusahaan oli dan fokus mengelola bengkel mobil di bawah bendera usaha PT Mitra Jaya Agung Motor yang bermarkas di Cikokol, Tangerang, Banten.

Stanly mengembangkan usaha bengkel ini dengan merek Mitra Service Car (MSC). Bisnis bengkel sebenarnya sudah dirintis sejak tahun 2007, saat ia masih di perusahaan oli. "Namun, saat itu yang saya dirikan usaha bengkel motor," ujarnya. Setelah dua tahun berjalan, bengkel motor itu kemudian dijualnya pada 2009. Setelah itu, ia fokus menjadi wirausaha dan membesarkan usaha bengkel mobil miliknya. Selain bengkel, ia juga menyediakan aneka onderdil mobil dengan merek sendiri, yakni AQ Genuine.

"Saya beri nama AQ yang artinya kualitas nomor satu," ujarnya. Onderdil yang dipasarkannya kebanyakan khusus buat bus dan truk. Di bisnis ini, ia juga memberikan layanan perawatan onderdil.

Dengan begitu, pelanggan tidak lagi pusing jika butuh perawatan dan penggantian onderdil kendaraannya. Berkat usahanya ini, Stanly bisa meraup omzet di atas Rp 1 miliar per bulan seperti grosir baju murah.

Selain menjual onderdil dengan merek sendiri, Stanly juga mengimpor onderdil kendaraan lain yang umumnya berasal dari Eropa.

Setelah merasa mantap dengan perkembangan usahanya, pada tahun 2012, ia resmi membuka peluang usaha bengkel waralaba. Saat ini, ia telah memiliki enam gerai MSC, dan lima di antaranya milik terwaralaba.

Sumber : paraguayosxelmundo.blogspot.com

Hendry Indraguna Cuci Mobil Beromset 7,5 Miliar

Musim hujan memang menyebalkan. Kendaraan jadi mudah kotor karena terciprat genangan air. Belum lagi, air hujan yang mengandung kadar asam berlebihan akan menyebabkan cat lebih cepat pudar dan merangsang munculnya karat. Menyadari bahwa mobil pun butuh perawatan layaknya manusia, Hendry Indraguna mendirikan usaha salon mobil Auto Bridal pada Januari 2002. Pria muda kelahiran Bandung pada 28 Agustus 1973 ini merupakan bos pemilik The Auto Bridal Indonesia, sebuah tempat usaha cuci mobil “Busa salju”. Dalam membangun bisnisnya ini, Hendry berkali-kali mengalami jatuh bangun. Berbagai bidang wirausaha pun pernah dijalaninya. Namun, ia selalu bangkit dan kembali dari nol.

Dia menciptakan formula sabun yang aman bagi kendaraan. Sedangkan bagi pemilik kendaraan, Hendry juga menyodorkan sebuah gerai yang bersih dan nyaman. Dia ingin mengubah persepsi masyarakat bahwa cuci mobil itu selalu kotor, berkubang oli, dan lokasinya yang terpinggirkan. Kini, usaha yang semula dianggap kelas bawah ini telah menjelma menjadi lumbung profit. Lebih dari 50 gerai tersebar di seluruh Indonesia, sedangkan 200 gerai lainnya menempati lokasi SPBU Petronas di seantero Malaysia. Usaha cuci mobil garapan Hendry telah mencapai omset sebesar 7,5 miliar rupiah tiap bulan.

Suatu keuntungan yang fantastis bagi seorang pengusaha muda bermodalkan pas-pasan. Sebelumnya, Hendry yang merupakan lulusan Universitas Maranatha Bandung ini pernah bekerja sebagai salesman. Dia kemudian memulai bisnisnya dengan berjualan ayam goreng. Hendry pernah mengalami jatuh bangun dalam berbisnis. Sejak kelas 2 SMA dia mencoba terjun ke dunia bisnis, mulai dari menjadi salesman hingga broker mobil. Tahun 1990-an lalu, dia juga pernah mendirikan kartu diskon berjaringan internasional bersama dengan dua orang koleganya. Namun, usahanya itu pupus di tengah jalan.

Akhirnya, Hendry mencoba bangkit dengan membuka usaha cuci mobil. Namun, ternyata tidak mudah mengangkat bisnis ini. “Saya banyak menerima cibiran orang, menurut mereka cuci mobil tidak bakal mendatangkan banyak uang,” kata Hendry. Dengan modal Rp 250 juta, yang semuanya dari utang, Hendry membeli alat dan bahan cuci mobil, serta menyewa sebuah gedung di kawasan Setiabudi, Bandung. Di minggu-minggu pertama operasional, tak ada mobil yang datang.

Perlahan, Hendry mencoba mencuri perhatian publik untuk membangun brand. Dia mencuci pesawat, membersihkan bangunan Bandung Super Mall yang luasnya 7.500 meter persegi, dan mencuci 470 mobil secara bersamaan dalam tiga jam. Alhasil, usahanya membuahkan hasil. Selain masuk dalam Museum Rekor Indonesia (MURI), usaha Auto Bridal menjadi lebih dikenal orang.

Pada dasarnya, bisnis yang dilakoni Hendry tak jauh berbeda dengan usaha sejenis, yakni memoles dan mengguyur dengan air. Hanya, dia membungkus layanan dengan elegan. Inovasinya adalah pijat, lulur, dan spa untuk mobil. “Seperti kulit manusia, cat mobil juga memiliki pori-pori. Jadi, ketika karyawan kami memijat bodi mobil, bahan pemoles akan meresap lebih dalam,” kata Hendry.

Selain itu, Hendry juga menciptakan Medical Treatment dan Car Spa Massage untuk menghapus buram cat orisinil dan memunculkan kembali warna segar dari cat mobil. Tahun 2007 lalu, dia pernah meluncurkan Ice Cream Car Wash, dengan konsep yang baru, mempunyai pilihan rasa dan warna, seperti Green Tea Ice Cream atau Durian Ice Cream Car Wash. Ice cream ini mengandungvitawax dan megawax. “Ide dan gagasan ini juga di terima oleh masyarakat pencinta otomotif,” ujar Hendry.

Untuk menyenangkan konsumen, Hendry menyediakan kudapan, demo layanan, menu book agar konsumen dapat langsung membaca kegunaan dari layanan yang disediakan, serta pijat gratis. “Tambahannya, karena pelanggan kami kebanyakan pria, keberadaan customer service yang cantik dan mampu memberi informasi produk menjadi sebuah kebutuhan,” ujar Hendry.

Kendati membidik segmen menengah keatas, Auto Bridal tak penah membatasi jenis mobil yang datang. Auto Bridal mematok Rp 25.000 untuk cuci standar. Namun, jika ingin mendapatkan layanan superlengkap, konsumen harus membayar hingga Rp 750.000.Dalam satu hari, setidaknya ada 30 mobil yang datang ke gerai Auto Bridal. Hendry tak menampik keuntungan bisnis ini cukup besar. “Modal tiap kali mencuci mobil hanya Rp 5.000 saja,” bisiknya.

Itu sebabnya, dia mengaku pendapatan bersih yang diterima mencapai Rp 30 juta per bulan per gerai. Hendry mengatakan prospek bisnis ini masih sangat terbuka lebar karena belum ada kompetitor di industri ini. Selain itu, pasar market juga masih sangat besar seiring dengan pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak mengenal kata krisis.

Di kota kecil, Hendry juga menciptakan layanan salon cuci khusus untuk kendaraan roda dua yang dinamai Motor Bridal. Untuk layanan ini, Hendry mematok harga cuci standard mulai dari Rp.6.000. Sementara itu, di kota besar, Hendry menciptakan Auto Express untuk melayani cuci mobil cepat yang lokasinya di SPBU, halaman mal, dan apartemen.

Kisah Hendry yang sukses ini tercatat di dalam sebuah buku berjudul Kumpulan Kisah Para Pengusaha Muda yang Sukses Berbisnis dari Nol, Rahasia Jadi Enterpreneur Muda yang ditulis oleh Jennie S Bev. Dalam bukunya, Jennie mengatakan bahwa untuk berwirausaha, sebenarnya mudah, yaitu dengan meningkatkan mindset dan mulai membuka bisnis sendiri.

Jennie sangat memuji para pengusaha muda yang telah berhasil membangun bisnisnya. Semua itu karena para pemuda yang mempunyai mindset untuk sukses. Kata Jenni, “Success is a mindset, it is not journey or destination.”  Sukses, menurut Jennie, adalah cara berpikir (mindset) bukan perjalanan maupun tujuan. 

Kesuksesan para pemuda dalam bidang wirausaha rata-rata disebabkanmindset mereka yang sudah terpola dengan keberanian untuk memulai bisnis.

Sumber artikel: anneahira.com

Dari Loper Koran Jadi Pengusaha Rental Mobil Mewah

Di bidang bisnis persewaan mobil mewah Jakarta, nama Aryanto Mangundihardjo sangat dikenal luas. Selain koleksinya lengkap, sejumlah artis top dunia pernah memanfaatkan jasa rentalnya. Menariknya, dia mengawali kisah suksesnya menjadi loper koran.

Tempat usahanya mirip show room mobil mewah. Lihat saja, di ruang pamernya terdapat 16 mobil jenis Toyota Alphard Vellfire, Toyota All New Camry, Toyota Fortuner, Toyota Land Cruiser, Mercedes-Benz E250, hingga Mercedes-Benz S300.

Semua tampak bersih-mengilat, dan  seperti masih kinyis-kinyis. Padahal mobil-mobil dengan harga selangit itu bukan barang baru yang keluar dari pabrik. Mobil-mobil tersebut adalah sebagian kendaraan yang disewakan Jakarta Limousine, perusahaan persewaan mobil mewah di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.

"Masih ada belasan mobil lain milik partner yang biasa dititipkan ke kami," ujar Aryanto Mangundihardjo, owner Jakarta Limousine, pekan lalu.Selain 16 mobil tersebut, Arya (sapaan Aryanto) juga menyediakan armada mobil supermewah seperti Hummer H2, Hummer H2 Limousine, Ferrari Spider Seraph, Bentley Flying Spur, hingga Rolls-Royce Phantom. Total ada 68 unit mobil mewah dari berbagai merek yang disiapkan Arya. Dengan armada yang begitu lengkap, bisnis Jakarta Limousine pun berkembang pesat.

Namun, kesuksesan itu tak diraih Arya dengan mudah. Perjalanan hidupnya adalah kisah tentang seorang anak muda dengan jiwa yang penuh gejolak, anti-kemapananan, berani menantang risiko, dan penuh kreativitas untuk mengejar mimpi.

Pada 1991, di usia 15 tahun, pria kelahiran Jakarta, 14 Mei 1976, itu memilih berhenti sekolah dan jarang pulang ke rumah. Dia lebih tertarik memulai usaha meski dengan cara menjadi penjual koran. Padahal, sebenarnya dia berasal dari keluarga yang cukup berada. Ayahnya, Wiyoto Mangundihardjo, saat itu memiliki usaha persewaan alat berat di Jakarta.

Berbulan-bulan menjual koran dengan penghasilan pas-pasan membuat Arya terus memutar otak. Akhirnya, muncullah ide kreatif  nan jitu. Perkenalannya dengan seorang tukang kredit keliling membuatnya bisa mendapat pinjaman uang Rp 300 ribu. Uang tersebut kemudian dibelikan pager (alat komunikasi radio panggil).

Arya lantas menulis nomor pager-nya dalam secarik kertas dan diselipkan di setiap koran atau majalah yang dijualnya, dengan harapan para pembeli bisa berlangganan dengan cara menghubunginya melalui nomor pager tersebut.

"Sejak kecil, saya sudah terbiasa melihat bagaimana orang tua saya berbisnis. Mungkin itu yang membuat saya bisa berpikir kreatif untuk mencari uang," katanya lantas tertawa.

Strategi itu berbuah manis. Didukung dengan pembawaannya yang supel dan piawai berkomunikasi, dalam tiga tahun saja, Arya berhasil menggaet ratusan pelanggan koran dan majalah di Jakarta dan sekitarnya. Untuk mengantar pesanan yang makin banyak,

Arya bekerja sama dengan agen penyedia jasa kurir. Dia pun mulai mengajak adik kandungnya untuk membantunya mengurus pengiriman-pengiriman koran/majalah. Namun, kemapanan itu tak membuatnya cepat puas diri. Dia bahkan kemudian menyerahkan usaha agen koran itu  kepada adiknya. "Saat itu saya mikir, saya masih muda, kok kerjanya hanya duduk-duduk saja, nggak ada lagi tantangannya. Maka sekitar tahun 1994, kira-kira umur 18 tahun, saya mencoba pekerjaan baru sebagai security atau satpam," ucapnya.

Pekerjaan satpam itu menjadi batu loncatan berikutnya. Sebab, saat itu Arya sangat ingin belajar menyetir mobil. "Saya bekerja di tempat usaha jual air mineral galon. Di situ ada beberapa mobil pikap, jadi saya boleh belajar menyetir. Nah, setelah bisa (menyetir), saya jadi sopir keliling ngantar air mineral," ceritanya. 

Setelah mahir menyetir, pada 1997 Arya melamar dan kemudian diterima bekerja sebagai sopir di sebuah perusahaan milik orang Jepang di Jakarta. Bekerja dengan orang asing membuat Arya dituntut untuk mau belajar bahasa asing, seperti Jepang maupun Inggris.

Setahun kemudian, Arya ganti profesi menjadi sopir taksi Blue Bird. Tapi, pada 1999, dia minta pindah ke Bali. Dengan bekal kemampuan bahasa asing yang lumayan, Arya pun ditugaskan menjadi sopir Golden Bird di Bali. Golden Bird adalah unit bisnis Blue Bird yang memberikan layanan mobil mewah/premium. "Saat itu, saya pegang (mobil) Volvo," sebutnya.

Di Bali, Arya banyak bertemu dengan orang-orang yang memiliki usaha rental mobil. Karena itu, ketika Bom Bali I mengoyak ketenangan Pulau Dewata pada 12 Oktober 2002, Arya memutuskan untuk balik ke Jakarta. Saat itulah, dia mulai merintis bisnis rental mobil. Bermodal uang simpanan sebesar Rp 3 juta, Arya meminjam mobil Toyota Kijang milik kenalannya untuk ditawarkan kepada orang yang membutuhkan mobil sewaan.

Untuk menggaet pelanggan, Arya memasang iklan di beberapa surat kabar. Cara itu rupanya cukup efektif. Pesanan demi pesanan terus mengalir. Beberapa kenalan pun mulai menitipkan mobilnya kepada Arya untuk dimanfaatkan sebagai mobil rental.

Bisnis rental itu mengalami lonjakan signifikan ketika Arya mencoba peruntungan dengan ikut tender penyediaan mobil untuk perusahaan obat nyamuk cair. Tak disangka, tender itu dimenangkan Arya. Saat itu, perusahaan tersebut menyewa 14 unit mobil Toyota Kijang selama 3 bulan, tapi dengan perhitungan sewa harian.

"Jadi, waktu itu saya sewa mobil ke perusahaan rental dengan kontrak bulanan, kemudian saya sewakan ke perusahaan itu dengan kontrak harian. Wah, untungnya besar sekali. Dari situ, untuk pertama kalinya saya bisa membeli mobil Kijang," ceritanya dengan wajah berbinar. Setelah itu, kontrak dari beberapa perusahaan berhasil digaetnya. Salah satunya dari sebuah perusahaan ponsel yang menyewa 48 unit mobil untuk jangka waktu beberapa tahun.

Bisnis rental pun berkembang pesat. Hingga akhirnya Arya menangkap peluang bisnis baru pada 2006. Berawal dari keluh kesah salah seorang pengusaha asal Rusia yang kesulitan mencari rental mobil mewah di Jakarta, Arya kemudian banting setir dari rental mobil biasa ke rental mobil mewah. Nama usahanya yang dulu Jakarta Bahana, diganti menjadi Jakarta Limousine.

Arya pun berangsur mulai menjual mobil-mobil Kijangnya untuk dibelikan kendaraan yang lebih mewah. Pergaulan yang luas membuat Arya juga leluasa menghubungi beberapa rekannya yang memiliki mobil-mobil supermewah.

Proposal pun dimasukkan ke berbagai perusahaan, terutama perusahaan sektor migas, batubara, dan perusahaan-perusahaan besar lain. Dalam waktu singkat, order pun mengalir.

Selain para bos perusahaan, pelanggan Jakarta Limousine juga banyak dari orang-orang yang menyewa mobil untuk keperluan resepsi pernikahan, syuting film, maupun syuting iklan. Banyak juga dari kantor kedutaan besar negara sahabat yang menyewa mobil-mobil mewah untuk para pajabatnya yang berkunjung ke Indonesia. Beberapa even besar juga pernah menggunakan jasa mobil Jakarta Limousine, seperti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean maupun Sea Games.

Namun, yang lebih fenomenal adalah jajaran artis kelas dunia yang tampil di Indonesia pernah menikmati servis Jakarta Limousine. Sebut saja nama-nama beken seperti Linkin Park, Rihanna, Beyonce Knowles, Katy Perry, hingga Justin Bieber.

Menurut Arya, dibandingkan pelanggan lain, para artis biasanya memiliki permintaan yang lebih rumit. Misalnya, minta belasan mobil dengan tipe dan warna yang sama untuk artis dan seluruh kru. "Alasannya supaya fans ataupun orang-orang tidak bisa mengetahui artis itu naik di mobil yang mana," katanya.

Arya menyebut, dari sekian armadanya, yang paling laris disewa adalah jenis Toyota Alphard yang hampir setiap hari keluar. Sedan Mercedez-Benz juga cukup laris disewa oleh pelanggan dari perusahaan maupun kantor-kantor kedutaan.

Lalu, berapa harga sewa  yang harus dibayar untuk menikmati mobil-mobil mewah itu? Arya mengatakan, harga sewa bisa berubah-ubah. Namun, sebagai gambaran, untuk Toyota Alphard sekitar Rp 3 juta dan sedan Mercedez-Benz di kisaran Rp 5 "15 juta tergantung tipenya.

Sedangkan untuk mobil-mobil supermewah, Arya mematok kisaran harga sewa yang selangit. Ferrari Spider Seraph dipatok Rp 30 juta, Bentley Flying Spur Rp 32 juta, dan Hummer H2 Limousine Rp 37,5 juta. Yang paling mahal adalah Rolls-Royce Phantom.

Untuk mobil berharga sekitar Rp 10 miliar itu, harga sewanya dipatok Rp 50 juta. "Itu semua harga sewa per 12 jam. Tapi, masih bisa nego kok," kata Arya setengah berpromosi.

Harga itu sudah termasuk bahan bakar, sopir, dan berbagai fasilitas pendukung seperti kulkas berikut minuman dan makanan ringan, koleksi buku, majalah, dan surat kabar. Bahkan, untuk fasilitas keamanan, beberapa jenis mobil menggunakan body dan kaca antipeluru.

Arya mengaku, selain kelengkapan armada, salah satu keunggulan Jakarta Limousine adalah profesionalitas para sopirnya. Selain mahir berbahasa Inggris, mereka direkrut dari perusahaan jasa keamanan, sehingga memiliki kemampuan untuk bertindak cepat jika sewaktu-waktu penumpang berada dalam kondisi bahaya, seperti perampokan atau terjebak kerusuhan massa.

"Beberapa pelanggan ada yang meminta sopir dilengkapi senjata api atau sekalian meminta pengawal bersenjata api. Untuk memenuhi itu, kami biasanya menghubungi pihak kepolisian untuk meminta bantuan dari personel Brimob yang sedang dinas luar," ujar ayah tiga putri tersebut.

Arya optimistis, bisnis rental mobil mewahnya akan terus berkembang. Mulai tahun ini, dia berencana untuk melebarkan sayap bisnisnya ke kota-kota lain seperti Surabaya, Semarang, Denpasar, Solo, Jogja, Medan, Pekanbaru, dan Banjarmasin.

Sumber : ciputraentrepreneurship.com

Pengusaha Yang Sukses Dari Hobi Otomotif

Memiliki kecintaan di bidang otomotif khususnya hobi mengutak-atik audio mobil, ternyata tidak hanya memberikan kepuasan batin bagi Bari Setiadi. Lelaki kelahiran Jakarta, 26 September 1972 ini juga bisa mendulang banyak rejeki dari kecintaan (passion) yang Ia tekuni.

Berawal dari hobinya memodifikasi audio mobil, di tahun 2000 silam Bari Setiadi tertarik untuk terjun di bisnis otomotif dan membuka usaha modifikasi car audio system dari garasi rumah yang Ia miliki. Pada saat itu, Ia hanya mengandalkan peralatan sederhana dan sedikit kemampuan yang Ia miliki setelah lulus dari Teknik Mesin Universitas Atmajaya.

Meskipun begitu, bisnis yang Ia rintis dari rumah ini bisa mendatangkan untung cukup besar, yakni sekitar Rp 300.000,00 untuk setiap mobil yang berhasil Ia modifikasi. Memilih BaZe (singkatan dari nama Bari Setiawan) sebagai nama usaha yang Ia usung, disela-sela kesibukannya dalam mengembangkan bisnis rumahan tersebut, Bari terbilang rajin mengikuti berbagai macam kompetisi modifikasi audio mobil baik di lingkup nasional maupun tingkat internasional.

Terbukti, tahun 2004 Ia berhasil menyabet kejuaraan dalam perlombaan Indonesia Extreme Car Contest dan di tahun berikutnya Ia mulai merambah tingkat internasional dan berhasil memenangkan perlombaan serupa di Thailand. Keberhasilan BaZe dalam memenangkan kompetisi modifikasi car audio, ternyata turut melambungkan nama Bari di kalangan audiophile (pencinta dunia car audio Tanah Air).

Dari sinilah pintu kesuksesan mulai dirasakan Bari hingga sekarang. Setelah memenangkan perlombaan, BaZe mulai kebanjiran orderan hingga sekitar 80 unit mobil dalam sebulan. Bahkan, bisnis Bari mulai dilirik Mercedes-Bens untuk memperbaiki audio mobil mewah tersebut.

Bisnis modifikasi interior kendaraan mewah
Tak hanya sukses menekuni bisnis audio mobil, Bari Setiadi mulai melebarkan sayap bisnisnya dengan mencoba bisnis modifikasi interior kendaraan yang menawarkan kemewahan dan kenyamanan bagi para penumpangnya. Ia mulai menekuni bisnis tersebut pada tahun 2006, dimana saat itu Bari mendapatkan orderan dari salah seorang pengusaha Cirebon yang ingin memodifikasi kendaraan bus pribadinya dengan interior mewah lengkap dengan kenyamanan seperti berada di dalam rumah.

Project pertama yang Ia terima memang cukup menantang, namun berkat kejelian, ketekunan, serta keahlian yang Ia miliki, pesanan tersebut bisa Ia selesaikan dengan sempurna dan berhasil membuat sang konsumen berdecak kagum melihat hasil pekerjaan Bari. Sejak itulah, Bari mulai mendapatkan banyak orderan untuk menggarap interior bus mewah, seperti misalnya project bus mewah Omah Mlaku milik PO Nusantara, Agramas, Rosalia Indah, New Liman, serta kendaraan bus bertema khusus seperti bus kampanye partai, bus roadshow, sampai bus rumah sakit berjalan yang baru-baru ini Ia kerjakan dengan kisaran harga milyaran rupiah.

Dengan merintis bisnis audio car dan interior kendaraan, suami Katerin Budiarja ini bisa memodifikasi interior sekitar 12 kendaraan dalam setahun. Dan dari kegiatan tersebut, setidaknya Ia bisa mengantongi omzet mulai dari Rp 300 juta sampai Rp 700 juta untuk satu kali jasa pembuatan interior kendaraan mewah. Tentu ini angka yang sangat besar, jika dibandingkan dengan keuntungan usaha yang diterima Bari pada tahun 2000 silam.

Kecintaan, kejelian, serta ketekunan Bari dalam menciptakan sebuah peluang, kini tidak hanya berhasil mendatangkan keuntungan cukup besar bagi dirinya. Namun, kini Ia menjadi salah seorang pengusaha yang sukses dari hobi otomotif yang Ia tekuni.

Semoga kisah sukses pengusaha yang mengawali keberhasilan bisnisnya dari sebuah hobi ini bisa memberikan tambahan wawasan bagi para pembaca, dan menginspirasi para pemula untuk segera terjun di dunia usaha. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses!

Sumber : bisnisukm.com

Label